Bursa Asia Kebakaran di Awal Pekan, Kena Aksi Profit Taking?


Read More

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik ramai-ramai dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (18/12/2023), setelah sebagian besar menguat pada pekan lalu menyusul keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk mempertahankan suku bunga dan rencana pemangkasan suku bunga pada tahun 2024 dan 2025.

Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambruk 1,2%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,11%, Shanghai Composite China melemah 0,61%, Straits Times Singapura merosot 0,89%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,29%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,12%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah bervariasinya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,15% dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,35%. Sedangkan untuk S&P 500 turun tipis 0,2 poin.

Secara umum, Wall Street menguat pekan lalu setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengakui bahwa upayanya untuk mengurangi inflasi mulai berhasil dan mengindikasikan tiga penurunan suku bunga akan dilakukan pada tahun 2024, sehingga meningkatkan sentimen investor.

Pada press conference The Fed, Kamis dini hari waktu Indonesia, Chairman Jerome Powell mengatakan pengetatan kebijakan moneter bersejarah kemungkinan besar akan berakhir, karena inflasi turun lebih cepat dari perkiraan dan diskusi mengenai pemotongan biaya pinjaman mulai terlihat.

“Investor merasa cukup bullish dalam hal penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun depan, yang sedikit lebih besar dari perkiraan para penjual,” kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance.

Lebih lanjut, dalam konferensi pers, Powell mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga.

Dokumen “dot plot” The Fed menunjukkan jika anggota bank sentral mulai mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga.

Sebanyak 17 anggota memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun depan sementara hanya dua yang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga.

Tidak ada anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga akan naik tahun depan

Data penjualan ritel AS periode November 2023 yang lebih kuat dari perkiraan, menyusul pembacaan inflasi yang lebih rendah pada pekan lalu, menambah harapan The Fed dapat melakukan soft landing.

Meski begitu, Presiden The Fed New York John Williams menolak euforia seputar pelonggaran suku bunga bank sentral tahun depan.

“Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini,” kata Williams kepada Steve Liesman dari CNBC International dalam sebuah wawancara pada Jumat (15/12/2023).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kekhawatiran Mulai Mereda, Bursa Asia Mulai Menghijau Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts