Bursa Asia Kompak Dibuka Tertekan, Bagaimana Nasib IHSG?

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (26/9/2023), meski bursa saham Amerika Serikat (AS) berhasil bangkit dari zona koreksi kemarin.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,64%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,38%, Shanghai Composite China turun tipis 0,05%, Straits Times Singapura terpangkas 0,22%, ASX 200 Australia melandai 0,32%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,9%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali melemah terjadi di tengah rebound-nya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan kemarin, meski volatilitasnya masih cukup tinggi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,13%, S&P 500 menguat 0,4%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,45%.

Raksasa kimia Dow adalah anggota indeks 30 saham dengan kinerja terbaik, naik 1,7% setelah peningkatan dari JPMorgan. Delapan dari 11 sektor S&P 500 berada di wilayah positif, dengan sektor energi memimpin kenaikan, naik 1,3%.

Saham Amazon juga naik lebih dari 1% setelah perseroan mengatakan pada Senin kemarin bahwa pihaknya akan berinvestasi hingga US$ 4 miliar di perusahaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Anthropic.

Saham-saham sempat mengalami kesulitan bulan ini karena sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengisyaratkan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga membuat yield obligasi lebih tinggi.

Pasar juga menghadapi kenaikan harga minyak mentah dan kenaikan dolar secara beruntun selama bulan perdagangan yang lemah secara musiman. Energi adalah sektor S&P 500 dengan kinerja terbaik di September, naik lebih dari 2%.

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang merupakan acuan (benchmark) obligasi AS terakhir lebih tinggi sebesar 10 basis poin pada 4,542%, mencapai level tertinggi sejak tahun 2007 ketika mencapai 4,57%. Sementara, saham secara umum mengabaikan pergerakan di pasar obligasi.

Di lain sisi, pasar akan memantau pidato pejabat The Fed yang akan memberikan sinyal langkah suku bunga ke depan, setelah pekan lalu The Fed mengindikasikan masih akan bersikap hawkish.

‘Huru-hara’ pasar keuangan akibat The Fed ini diperkirakan masih akan mewarnai sentimen pasar pekan ini. Investor masih mengantisipasi, memasang mode wait and see terkait sinyal suku bunga ke depan dari pidato pejabat The Fed dan rilis data ekonomi penting yang menggambarkan kondisi ekonomi AS.

Wajar pelaku pasar masih terkesan ketar ketir, sebab inflasi AS kembali menanjak. Dengan ini, The Fed diperkirakan masih akan ‘gila’. Sebelumnya pada pekan lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.

Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.

Selain itu, data penting dari AS juga banyak yang akan dirilis hari ini diantaranya data indeks penjualan rumah di AS dan data penjualan rumah baru, Indeks keyakinan konsumen (IKK) AS, serta indeks manufaktur dan jasa versi Richmond Fed. Data ini tentu penting untuk melihat kondisi perekonomian AS saat ini.

Untuk diketahui, konsumen di AS memburuk pada Agustus, dengan IKK Conference Board (CB) turun ke 106,1 dari 114,0 (direvisi dari 117,0) pada Juli lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts