Bursa Asia Merana Lagi, Bakal Sad Weekend?

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Jumat (20/10/2023), di mana investor di kawasan tersebut juga cenderung kecewa dengan pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga kedepannya.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,86%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,7%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,3%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,6%, ASX 200 Australia ambles 1,37%, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 1,85%.

Dari China, bank sentral (PBoC) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya (loan prime rate/LPR) pada hari ini. Adapun LPR tenor 1 tahun kembali ditahan di level 3,45%, sedangkan LPR tenor 5 tahun juga masih di level 4,2%.

Sebelumnya, PBoC juga terus meningkatkan dukungan likuiditas pada sistem perbankan. PBoC melakukan ini dengan memperpanjang kebijakan pinjaman untuk jangka menengah sekaligus mempertahankan suku bunga.

PBoC mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya melakukan operasi fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) senilai 789 miliar yuan (US$ 107,96 miliar) untuk menjaga likuiditas dalam sistem perbankan.

Pemerintah China juga mempertahankan suku bunga pinjaman polis satu tahun sebesar 2,5%. Adapun jatuh tempo pinjaman MLF senilai 500 miliar yuan.

“Operasi menunjukkan PBOC berharap dapat menyediakan likuiditas untuk mengurangi tekanan di pasar,” kata Direktur Pasar Global di UOB China Stone Zhou, dilansir Channel News Asia, Senin, 16 Oktober 2023.

PBoC sedang menghadapi kesulitan antara menjaga likuiditas yang cukup untuk membantu perekonomian sekaligus menstabilkan mata uang yuan di tengah ekspektasi suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa mendorong kenaikan dolar AS.

PBoC juga telah memangkas suku bunga MLF, yang merupakan panduan untuk suku bunga pinjaman acuan Tiongkok sebanyak dua kali pada tahun ini untuk menurunkan biaya pinjaman dalam perekonomian yang menderita akibat melemahnya konsumsi dan krisis properti.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali melemah terjadi di tengah terkoreksinya lagi bursa saham AS, Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmelemah 0,75%, S&P 500 merosot 0,85%, dan Nasdaq Composite berakhir tergelincir 0,96%.

Wall Street ambruk setelah pidato Chairman bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell. Pernyataan Powell sebetulnya lebih banyak bernada dovish tetapi penegasan soal inflasi tinggi serta pentingnya ekonomi AS untuk melandai membuat pasar bereaksi negatif.

Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi. Namun, tingginya imbal hasil (yield) US Treasury akan membuat ekonomi AS mendingin.

Pernyataan ini mengisyaratkan jika The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.

“Inflasi terlalu tinggi dan butuh beberapa bulan untuk membuat keyakinan bahawa inflasi melandai bergerak sesuai target kami. Kita tidak tahu kapan inflasi akan melandai dalam beberapa kuartal ke depan. Jalan untuk menuju ke sana (inflasi rendah) mungkin akan penuh riak dan butuh waktu. Namun, kami tetap berkomitmen untuk membawa inflasi ke 2%,” tutur Powell, dalam pidatonya, dikutip dari situs The Fed.

Yield Treasury AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi 4,99% pada Kamis kemarin, mendekati level 5%. Adapun yield Treasury terakhir melewati angka 5% pada 2007 lalu.

Meskipun angka inflasi AS telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kenaikan yield Treasury yang terus meningkat telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bank sentral dapat melanjutkan kebijakan moneternya. Seperti diketahui, inflasi AS mencapai 3,7% (year-on-year/yoy) pada September 2023, sama dengan bulan sebelumnya.

AS kemarin juga melaporkan jika angka klaim pengangguran mingguan berada di bawah 200.000, yang merupakan tanda lain dari berlanjutnya kekuatan perekonomian meskipun tingkat suku bunga lebih tinggi.

Investor juga akan menyimak laporan laba per kuartal III-2023 sejumlah perusahaan besar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Bergairah, Cuma Shanghai yang Masih Loyo

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts