Bursa Asia Mulai Gak Kompak Lagi, Pesta Pora Sudah Selesai?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik cenderung bervariasi pada perdagangan Kamis (14/3/2024), di tengah meredanya reli bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin.

Per pukul 08:15 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,62% dan ASX 200 Australia turun tipis 0,06%. Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan secara bersamaan menguat 0,39%.

Dari Jepang, negosiasi upah di Jepang selesai kemarin, dan perkiraan keseluruhan pertama akan dirilis pada Jumat besok. Laporan dari media lokal mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan besar menawarkan kenaikan upah yang “besar”.

Kenaikan upah yang kuat dapat membuka jalan bagi bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya yang sangat longgar, dan bank sentral tersebut akan mengadakan pertemuan pada Senin dan Selasa pekan depan.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah beragamnya bursa saham AS, Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup naik 0,1%. Namun untuk S&P 500 melemah 0,19% dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,54%.

Investor di Wall Street sepertinya mulai melakukan aksi profit taking, setelah beberapa hari sebelumnya terjadi reli di saham-saham teknologi AS. Mereka juga bersiap menanti data lanjutan seperti klaim pengangguran hingga inflasi produsen AS.

Salah satu faktor Wall Street bergerak variatif karena indeks semikonduktor turun 2,5% setelah kenaikan kuat baru-baru ini. Penyebabnya, saham Nvidiayang memimpin reli baru-baru ini didorong oleh optimisme terhadap AI ambles 1,1%.

Investor beralih fokus menantikan konferensi pengembang GTC global Nvidia mengenai AI pada 18-21 Maret. Pengumuman terkait AI lain juga terkait.

Selain itu pelaku pasar kembali dalam modewait and seeke beberapa data seperti inflasi produsen AS untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada nanti malam. Data itu akan memberikan wawasan lebih lanjut mengenai gambaran inflasi.

“Angka terakhir sebenarnya membantu menggarisbawahi tren inflasi yang lebih panas. Jadi ini akan menjadi penting,” kata kepala strategi global LPL Financial di Charlotte, North Carolina,Quincy Krosby.

Sebenarnya bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan minggu depan. Mengutip CME FedWatch Tool, para pedagang melihat peluang 65% untuk penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts