China-AS Mulai Panas Lagi, Bursa Asia Dibuka Merana

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik kembali dibuka terkoreksi pada perdagangan Jumat (8/9/2023), di tengah kembali merananya mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS) karena ambruknya saham-saham teknologi akibat kebijakan pembatasan China sebagai upaya ‘balas dendam’ China terhadap AS.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,09%, Shanghai Composite China melemah 0,24%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,4%, ASX 200 Australia terpangkas 0,38%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,37%.

Sementara untuk pasar saham Hong Kong mungkin akan mengalami perdagangan terbatas hari ini setelah observatorium kota tersebut mengeluarkan peringatan “hujan badai hitam”.

Berdasarkan pedoman Bursa Hong Kong, sesi pra-pembukaan akan dibatalkan jika peringatan hujan badai hitam berlaku setelah pukul 07.00 waktu Hong Kong.

Apabila peringatan tersebut dicabut sebelum pukul 09.00, sesi pagi akan dimulai pada setengah jam pertama setidaknya dua jam setelah penghentian sinyal.

Namun, jika sinyal masih berlaku setelah pukul 09.00, sesi pagi akan dibatalkan dan jika diperpanjang setelah pukul 12.00 dan tidak akan ada perdagangan untuk hari itu.

Sementara itu dari Jepang, data final dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2023 dilaporkan hanya tumbuh sebesar 4,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya data estimasi awal yang tumbuh 6% dan lebih rendah daripada 5,5% yang diperkirakan dalam survei Reuters.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali melemah menyusul bursa saham AS, Wall Street, yang secara mayoritas kembali terkoreksi kemarin.

Indeks S&P 500 melemah 0,32% dan Nasdaq Composite merosot 0,89%. Namun untuk indeks Dow Jones berakhir menguat 0,17%.

Ambruknya Wall Street dipicu oleh jatuhnya saham teknologi, terutama saham Apple, serta masih panasnya data ekonomi AS

Saham Apple jatuh 2,9% selama dua hari beruntun setelah China memperluas larangan penggunaan iPhone kepada pegawai pemerintah. Beijing sudah melarang penggunaan IPhone kepada pegawai pemerintah pusat.

Mereka memperluas aturan itu kepada pegawai ‘BUMN’ China serta lembaga negara.

“Pelaku pasar jelas tidak mengabaikan kabar dari China. Berita besar dari China jelas menjadi kabar yang buruk bagi pasar,” tutur Sahak Manuelian, analis dari Wedbush Securities, dikutip dari CNBC International.

Kebijakan pembatasan dari China bisa membuat hubungan AS dan Tiongkok kembali memanas dan menimbulkan risiko bagi pasar saham, terutama teknologi.

Saham-saham China yang listing di bursa AS jatuh seperti Alibaba yang ambruk 4% dan Baidu yang turun 3,4%.

Selain kebijakan China, masih panasnya data ekonomi AS juga membuat Wall Street ambruk. AS kemarin merilis data klaim pengangguran. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 216.000 pada pekan yang berakhir 2 September.

Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan ekspektasi pasar yakni 234.000 dan pekan sebelumnya yakni 229.0000. Lebih sedikitnya jumlah klaim menunjukkan pasar tenaga kerja masih panas sehingga inflasi sulit melandai.

Kondisi ini membuat pasar berekspektasi jika bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan tetap hawkish.

The Fed akan menggelar pertemuan pada 19-20 September untuk menentukan kebijakan suku bunga.

Presiden Fed New York, John Williams kemarin memberi sinyal jika masih aka nada pengetatan jika data ekonomi memang berkata The Fed harus hawkish.

“Kebijakan kita sudah bauk tetapi kita akan terus bekerja berdasarkan data yang berkembang,” tutur Williams, dikutip dari CNBC Internasional.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7% memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Tunggu Data Ekonomi Baru, Bursa Asia Dibuka Lesu

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts