China Pangkas Suku Bunga Pinjaman, Minyak Menguat Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak naik tipis pada pembukaan perdagangan Selasa (20/6/2023) setelah di tutup terkoreksi pada perdagangan sebelumnya karena ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi China.

Read More

Harga minyak mentah WTI menguat 0,07% ke posisi US$71,36 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat 0,03% ke posisi US$76,11 per barel.


Pada perdagangan Senin (19/6/2023), minyak WTI di tutup melemah 0,65% ke posisi US$71,31 per barel sementara minyak brent juga melemah 0,68% ke posisi US$76,09 per barel.

Harga minyak turun pada perdagangan Senin karena pertanyaan tentang ekonomi China melebihi pengurangan produksi OPEC+ dan penurunan ketujuh berturut-turut dalam jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi di Amerika Serikat.

Sejumlah bank besar telah memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan produk domestik bruto China 2023 setelah data Mei pekan lalu menunjukkan pemulihan pasca-COVID di ekonomi terbesar kedua dunia itu goyah.

China secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga pinjaman pada hari ini Selasa (20/6/2023) setelah pengurangan yang sama dalam kebijakan pinjaman jangka menengah minggu lalu untuk menopang pemulihan ekonomi yang goyah.

Pasar minyak sedang mengamati tanda-tanda lebih lanjut apakah ekonomi global akan meningkat, ucap Jorge Leon, wakil presiden senior Rystad Energy.

“Banyak yang akan bergantung pada kinerja ekonomi China pada paruh kedua tahun ini dan keefektifan langkah-langkah stimulus negara yang baru-baru ini diumumkan, dan pada kemampuan AS dan Eropa untuk menghindari perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga,” tulis Leon dalam laporannya.

Namun, throughput kilang China naik pada bulan Mei ke rekor tertinggi kedua, membantu meningkatkan keuntungan minggu lalu, dan perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam selama tujuh minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.

Meningkatnya ekspor minyak Iran juga membebani harga. Ekspor minyak mentah dan produksi minyak Iran telah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 meskipun ada sanksi AS.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia bulan ini menyepakati kesepakatan produksi minyak baru dan produsen terbesar kelompok itu, Arab Saudi juga berjanji untuk memangkas produksinya pada Juli.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Cerah, Akan Bertahan Lama?

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts