China Pesta Tahun Baru, Harga Emas Pekan Ini Tambah Kinclong?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan akan bergerak stagnan cenderung melandai pekan ini. Masih lemahnya permintaan dari China serta sikap wait and see pelaku pasar menunggu data ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi penyebab utamanya.

Read More

Pada perdagangan pagi hari ini emas melemah. Pada perdagangan Senin (23/1/2023) pukul 06: 20 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.925,66 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,05%.

Pelemahan emas hari ini memperpanjang kinerja negatif emas pada akhir pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu Jumat (20/1/2023) harga emas dunia di pasar spot melemah 0,25% di posisi US$ 1.926,57 per troy ons.


Namun, secara keseluruhan, emas masih menguat 0,33% sepekan. Penguatan itu memperpanjang kenaikan emas dalam sepekan menjadi lima pekan beruntun.

Kendati melemah pada pagi hari ini, emas masih bergerak di kisaran tertingginya sejak April 2022 atau 8,5 bulan terakhir.

Analis Commerzbank mengatakan permintaan emas dari China masih melandai di tengah perayaan Hari Raya Tahun Baru atau Imlek.

China merupakan konsumen terbesar emas sehingga perkembangan di Negeri Tiongkok akan sangat memengaruhi emas.

“Permintaan dari Tiongkok menurun dan ini bisa menyeret ke bawah harga logam mulia. Permintaan impor dari China masih rendah,” tutur Commerzbank, dikutip dari FX Street.

Daniel Ghali, analis dari TD Securities, juga memperkirakan emas akan melandai pada pekan ini.

“Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menguat sehingga sebaliknya emas diperkirakan akan melemah pada pekan ini,” tutur Ghali, dikutip dari Reuters.

Dolar AS anjlok ke level terendahnya sejak Juni 2022 pada pekan lalu. Mata uang Green back bisa kembali menguat jika data ekonomi AS kembali bertolak belakang dengan ekspektasi pasar.

Akan banyak data penting dari AS yang dirilis pada pekan ini. Pada Kamis (26/1/2023), AS bakal mengumumkan pertumbuhan ekonomi negaranya. sebelumnya, pada Desember lalu, pertumbuhan tahunan AS direvisi naik menjadi 3,2%, menurut laporan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2022.

Di hari yang sama juga banyak data penting dari AS yang bakal rilis seperti, data klaim pengangguran, data pengeluaran konsumen riil, data penjualan rumah baru, perubahan stok gas alam EIA, serta Personal Consumption Expenditure atau PCE.

Data PCE ini penting bagi  bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) The Fed karena dijadikan pertimbangan The Fed untuk menentukan kebijakan moneternya.

Jika PCE turun maka akan menjadi sinyal dan menguatkan ekspektasi bahwaThe Fed akan memangkas suku bunganya lebih cepat. Namun, jika PCE tetap kencang maka ekspektasi pasar agar The Fed memangkas suku bunga akan semakin sulit terwujud.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Emas Naik Lagi!


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts