Citi Indonesia Fasilitasi Pembayaran Korporat dengan AI

Jakarta, CNBC Indonesia – Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan jaringan keuangan para nasabah korporasinya. Hal ini juga seiring dengan tren transformasi sistem pembayaran di Indonesia yang didorong oleh inovasi teknologi dan tuntutan pasar yang semakin tinggi akan sistem pembayaran cepat, aman, dan efisien.

Read More

Diketahui dalam skala global, Citi memfasilitasi pembayaran senilai lebih dari US$4 triliun per hari yang menjangkau 160 negara dan 140 mata uang. Raksasa perbankan asal Amerika Serikat (AS) itu pun berupaya menyediakan solusi kebutuhan tersebut yang disebut treasury and trade solutions (TTS), dengan membangun kerangka ekosistem digital.

“Kami tidak akan membangun definisi superapp yg di-refer di Indonesia tapiapproachkami lebih ke bagaimana kolaborasi dengan setiapplayer. Karena setiap player punya kekuatan. Karena fokus kami sebagai facilitator,” ujar Yoanna Darwin Head of Treasury and Trade Solutions Citi Indonesia saat Media Workshop di Ritz Carlton, Rabu (1/11/2023).

Ia menjelaskan Citi Indonesia berperan sebagai “engine” di belakang para nasabahnya. Semisal, sebuah platform penyedia akomodasi yang dahulu perlu menempatkan uang tunai pada maskapai penerbangan atau hotel. Dengan TTS yang disediakan Citi Indonesia, pembayaran tersebut dapat dijembatani langsung secara digital kepada maskapai atau perhotelan terkait.

Dalam TTS ini, Citi Indonesia turut mengadopsi teknologi baru. Seperti Artificial Intelligence (AI), Big Data Analytics, dan teknologi blockchain. Yoanna menjelaskan, teknologi AI dalam hal ini akan membantu mengotomatiskan transaksi.

“Jadi memang banyak transaksi kita itu. Kita selalu mencoba transaksi kita untuk di-automate, diproses lebih efisien jadi mengurangi error mengurangi fraud dan sebagainya,” jelasnya.

Dengan begitu, pekerjaan karyawan Citi Indonesia pun akan berkurang. Namun, Yoanna menjelaskan pihaknya sebisa mungkin akan melakukan otomatisasi pada berbagai proses transaksi uang memungkinkan untuk dilakukan.

“Jadi untuk yang lain-lain, yang bisa di-automate sebisa mungkin kita lebih akan selalu mencoba untuk proses efisiensi di dalam juga. Jadi bukan kita bantuin nasabah di dalam, kita juga bantuin efisiensi. Tapi tujuannya lebih gimana kita ngejagain tapi transaksi lebih cepat. Nah, itu proses otomasi-otomasi itu bisa diterapkan di situ,” ujarnya.

Sebab, bila tenaga manusia memonitor transaksi dengan menatap dengan matanya sendiri akan memakan waktu yang lama.

Namun begitu, Yoanna menyebut tenaga manusia tetap dibutuhkan untuk mendukung fasilitas tersebut. Menurutnya, tenaga manusia tetap dibutuhkan dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis Citi Indonesia.

Seperti diketahui, raksasa perbankan AS Citigroup sedang memilah staf yang masuk dalam daftar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Rencana PHK yang akan dilakukan bulan November ini akan menjadi salah satu reorganisasi terbesar perusahaan dalam beberapa dekade terakhir.

Hal itu disebutkan dalam memo manajemen Citi kepada stafnya pada Rabu, (5/10/2023) waktu setempat. Diketahui, Citi memiliki 240.000 karyawan pada akhir kuartal kedua, lebih besar ketimbang jumlah karyawan di Bank of America yang berjumlah sekitar 216.000 orang dan Wells Fargo yang masing-masing berjumlah 234.000 orang, pemberi pinjaman terbesar kedua dan keempat di AS.

Citibank, N.A., Indonesia menyampaikan bahwa perubahan pada struktur global Citi merupakan “langkah logis” berikutnya.

“Perubahan pada struktur global kami ini merupakan langkah logis berikutnya untuk mewujudkan strategi kami menjadi mitra perbankan terkemuka bagi institusi dengan kebutuhan lintas negara,” kata Puni saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (6/10/2023).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Begini Cara Citibank Sasar Investor SBN & Obligasi Ritel

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts