Data Ekonomi dan Permintaan Mendukung, Harga Minyak Memanas

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak dunia cenderung menguat pada perdagangan siang hari ini karena penurunan besar dalam persediaan minyak Amerika Serikat melebihi kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar akan semakin berkurang oleh kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Read More

Pada perdagangan Jumat (30/6/2023) pukul 12.30 WIB harga minyak mentah dunia acuan Brent tercatat US$74,49 per barel. Sementara acuan West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,01% menjadi US$69,87 per barel.


Pasar mencermati tentang pengetatan pasokan setelah Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah turun 9,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 23 Juni, jauh melebihi perkiraan analis penarikan 1,8 juta barel dalam jajak pendapat Reuters.

Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal pertama direvisi naik ke tingkat tahunan 2,0% dari laju 1,3% yang dilaporkan sebelumnya.

“Revisi ke atas yang signifikan (dari data PDB AS) menambah daftar kejutan ekonomi positif di AS akhir-akhir ini, dengan ketahanan ekonomi membantu menenangkan beberapa kegelisahan seputar kekhawatiran resesi, setidaknya untuk saat ini,” Yeap Jun Rong, analis pasar di IG, seperti dikutip Reuters (30/6/2023).

Data ekonomi AS yang kuat dan penarikan stok minyak datang pada saat Arab Saudi berencana untuk memangkas produksi lebih lanjut sebesar 1 juta barel per hari (bpd) pada bulan Juli. Itu di samping kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi pasokan hingga 2024.

Data Refinitiv menunjukkan ekspor minyak lintas laut Rusia dari Primorsk, Ust-Luga dan Novorossiisk akan turun menjadi 1,9 juta barel per hari (bpd) pada Juli dari 2,3 juta (bpd) pada Juni karena kilang domestik meningkatkan operasi, yang selanjutnya dapat memperketat pasokan minyak mentah global.

Namun, kenaikan harga minyak hari ini dibatasi oleh data ekonomi China yang lemah dan kekhawatiran kenaikan suku bunga.

Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juni, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat. Aktivitas non-manufaktur juga turun di bulan Juni.

“Tidak terlalu mengejutkan untuk melihat … meskipun mungkin fakta bahwa kontraksi relatif stabil adalah sumber kenyamanan. Setidaknya keadaan tidak menjadi lebih buruk,” Robert Carnell, kepala penelitian regional di ING, dikutip Reuters.

Di AS, Federal Reserve diperkirakan akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga setelah istirahat awal bulan ini, Ketua Fed Jerome Powell memberi isyarat pada Kamis setelah serangkaian data ekonomi baru yang lebih kuat dari perkiraan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Suku Bunga Bakal Makin Tinggi, Harga Minyak Mentah Anjlok 2%!

(ras/ras)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts