Dihujani Sentimen Positif, Rupiah Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data ekonomi Jepang dan China.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat 0,03% terhadap dolar AS ke posisi Rp 15.085/US$1. Hal ini berkebalikan dari penutupan perdagangan Jumat kemarin yang melemah 0,63% ke angka Rp 15.090/US$1.



Hari ini Jepang mengumumkan data penjualan ritel . Penjualan retail tumbuh 5,9% year on year (yoy) pada Juni 2023, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% (yoy).

Ini adalah ekspansi perdagangan ritel selama 16 bulan berturut-turut karena konsumsi terus pulih dari kemerosotan akibat pandemi.
Dengan penjualan ritel membaik maka permintaan impor, termasuk dari Indonesia, diharapkan meningkat.

Selain itu, Negara China juga baru saja merilis ekonomi penting yakni data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI).

PMI Manufaktur NBS resmi meningkat menjadi 49,3 pada Juli 2023 dari 49 pada Juni, dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar 49,2. Kendati PMI Membaik, indeks masih terkontraksi sehingga kontraksi sudah berjalan selama empat bulan beruntun.

Kontraksi yang mengecil menjadi sinyal jika manufaktur China sudah sedikit membaik sehingga permintaan produksi pun akan meningkat. Kondisi ini diharapkan bisa mendongrak impor China, terutama untuk barang-barang dari luar negeri.
China dan Jepang adalah dua tujuan utama terbesar ekspor Indonesia. Membaiknya permintaan dalam negeri di China dan Jepang diharapkan ikut membantu peningkatan ekspor Indonesia.
Meningkatnya ekspor juga berarti bertambahnya pasokan dolar AS untuk pasar dalam negeri sehingga rupiah bisa menguat.

Kabar baiknya, Indonesia akan memberlakukan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang lebih ketat mulai besok, 1 Agustus.  Aturan tersebut diharapkan bisa membawa pulang dolar AS hasil ekspor yang selama ini diparkir di luar negeri.
Dengan pasokan dolar AS yang meningkat maka rupiah bisa memiliki senjata lebih untuk menguat.

Namun, kekhawatiran masih terasa di pasar keuangan akibat kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve. Hal ini tercermin dari kecilnya capital inflow yang masuk pada pekan lalu.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan net buy di pasar keuangan Indonesia turun jauh yakni sebesar Rp 700 miliar pada periode 24-27 Juli.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pada 17-20 Juli di mana inflow menembus Rp 4,67 triliun.

Pelaku pasar tengah menunggu data inflasi Indonesia untuk Juli yang akan dirilis besok, Selasa (1/8/2023). 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jika RI “Jauhi” Dolar AS, Rupiah Hingga Pasar Saham Aman?

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts