Dolar AS Mahal Banget, Pengusaha Ini Nawar di Money Changer


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Tingginya harga dolar AS di tempat penukaran uang atau money changer membuat warga kaget. Seorang pelanggan money changer DolarAsia di kawasan Melawai, Jakarta Selatan bahkan sampai mencoba menawar.

Pelanggan yang ditemui CNBC Indonesia di DolarAsia, Jalan Melawai Raya itu adalah Sidik. Pria yang mengaku sebagai pengusaha ini berniat membeli dolar sebanyak US$ 14.000. Begitu mengetahui harga dolar dipatok Rp 16.130/US$, dia mencoba menawar dengan harga Rp 16.100/US$.

“Soalnya tinggi sekali kan naiknya, saya tanya juga turunnya kapan ga tau,” kata dia ditemui di lokasi, Selasa, (16/4/2024).

Upaya Sidik itu tentu tidak berhasil. Meski harganya tinggi, Sidik akhirnya tetap menukarkan uangnya karena kebutuhan bisnis dan perjalanan.

“Mau gimana lagi, dampaknya ke mana-mana. Kita mau melakukan pembayaran jadinya terimbas juga,” kata dia.

Money changer DolarAsia sendiri menjual dolar dengan harga Rp 16.130. Sementara harga beli dipatok di angka Rp 16.080. Harga tersebut masih lebih murah daripada yang ditawarkan oleh sejumlah bank di tanah air. Bank Mandiri mematok harga jual dolar sebesar Rp16.220, sementara Bank UOB bahkan sudah menawarkan dolar di harga Rp 16.523.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah terpuruk 2,27% ke level psikologis baru Rp16.200/US$ hanya dalam kurun waktu 30 menit sejak perdagangan dibuka.

Posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir sejak pandemi Covid-19 terjadi di awal 2020.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09:32 WIB naik ke angka 106,33 atau menguat 0,12%. Apresiasi DXY ini telah terjadi selama enam hari beruntun sejak 9 April 2024 atau telah naik sekitar dua indeks poin hanya dalam kurun waktu singkat.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengungkapkan ada sejumlah sebab dollar AS menguat. Dia mengatakan selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global, di antaranya rilis data fundamental AS yang makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih kuat, seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar.

Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh memanasnya konflik di Timur Tengah khususnya konflik Iran-Israel. “Perkembangan tersebut menyebabkan semakin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS,” ujar Edi kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/4/2024).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awas Kaget! Nilai Tukar Rupiah Bakal Segini Tahun Depan

(rsa/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts