Duh! IHSG Jeblok Saat Bursa Saham Asia Melesat

Jakarta, CNBC INDONESIA – Pasar saham Asia-Pasifik mayoritas mengalami apresiasi pada hari Jumat (3/3/2023) setelah reaksi positif investor terlihat pada indeks utama Wall Street, dengan keunggulan mayoritas indeks ditutup menguat pada perdagangan semalam.

Read More

Indeks Nikkei 225 menguat 1,56% menjadi 27.927 mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Hang Seng naik 138,08 poin atau 0,68% berakhir di 20.567,54.

Shanghai Composite juga terpantau naik 0,54% menjadi ditutup pada level tertinggi hampir delapan bulan di 3.328. Selain itu, Saham Australia ASX 200 menguat 0,39% menjadi 7284.

Di lain sisi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun tajam berakhir di 6.813,63 atau terkoreksi 0,62% serta Strait Times Index Singapura melemah tipis 0,09%.

Secara umum penguatan mayoritas Indeks mengikuti kenaikan di Wall Street semalam. S&P 500 dan indeks padat teknologi Nasdaq masing-masing ditutup naik 0,76% dan 0,73%. Sementara itu indeks blue chip Dow Jones bergerak datar dengan terapresiasi 1,05%.

Presiden Fed Bank Atlanta, Raphael Bostic, mendukung 25 kenaikan suku bunga basis poin yang lebih kecil dan mengatakan bank sentral mungkin menghentikan kenaikan suku bunga pada pertengahan hingga akhir musim panas.

Investor juga mencerna data positif dari Jepang dan China, di mana tingkat pengangguran di Jepang turun tipis menjadi 2,4% di bulan Januari dan sektor jasa China tumbuh kuat pada bulan Februari setelah negara itu keluar dari pembatasan Covid yang ketat.

Rabu kemarin, Biro Statistik Nasional China merilis laporan PMI menunjukkan aktivitas manufaktur naik dengan laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada Februari. Bahkan, pesanan ekspor juga meningkat untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.

Survei PMI tidak resmi versi Caixin juga memberikan hasil serupa, menunjukkan peningkatan dalam pesanan, harga, pekerjaan, dan rantai pasokan di sektor swasta dan perusahaan kecil. Bahkan, kepercayaan bisnis juga naik ke level tertinggi sejak Maret 2021.

Sementara itu, di AS, aktivitas manufaktur kembali mengalami kontraksi pada Februari dan memperpanjang kontraksi beruntun menjadi empat bulan. Meski demikian, pabrik yang disurvei melaporkan adanya tanda-tanda peningkatan permintaan dan percepatan kenaikan harga di bulan-bulan mendatang.

Namun, data ekonomi yang masih relatif tangguh di AS ditakutkan akan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut demi meredam inflasi. Pelaku pasar sebenarnya mengharapkan perekonomian AS memburuk agar inflasi tidak semakin tinggi.

Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi China yang diharapkan tumbuh lebih cepat tahun ini dapat memberikan dorongan bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun efek limpahan ke seluruh Asia masih mungkin relatif terbatas, pertumbuhan yang solid di China diyakini dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Ditutup Beragam, IHSG Juaranya

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts