Ekonomi AS Masih Kuat, Dolar Naik ke Rp15.710


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS menunjukkan data Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih tinggi.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,19% di angka Rp15.710/US$. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (28/2/2024) yang melemah sebesar 0,29% serta merupakan penurunan yang terjadi selama lima hari beruntun.

Sementara DXY pada pukul 14:58 WIB turun di angka 103,89 atau turun 0,08%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,97.



Depresiasi rupiah terjadi di tengah masih tingginya data PDB kuartal IV-2023 direvisi menjadi tumbuh 3,2%, dari sebelumnya pada perkiraan awal sebesar 3,3%.

Sepanjang 2023, ekonomi Negeri Paman Sam tercatat tumbuh 2,5%, melampaui pertumbuhan sebesar 1,9% pada 2022. Belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70% aktivitas ekonomi AS, tumbuh dengan kecepatan tahunan sebesar 3% dari Oktober hingga Desember tahun lalu.

Kendati PDB kuartal IV-2023 final berpotensi lebih rendah dibandingkan kuartal III-2023, namun angka 3,2-3,3% terbilang masih cukup tinggi mengingat sepanjang paruh kedua 2022 hingga paruh pertama 2023, PDB AS tergolong di bawah 3%.

PDB AS yang cukup tinggi ini menunjukkan perekonomian AS masih cukup kuat sehingga inflasi AS masih tampak berada di level yang cukup tinggi.

Kendati mata uang Garuda melemah hari ini, namun Bank Indonesia (BI) tetap akan fokus menjaga stabilitas moneter, seperti menjaga inflasi rendah dan nilai tukar rupiah stabil, ada kebijakan makro prudensial yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi.

Hal ini setidaknya dapat memberikan sentimen positif di tengah terpaan tekanan yang masih deras terhadap rupiah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awali Tahun 2024, Rupiah Dibuka Melemah Tembus Rp15.400/US$

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts