Ekspor Bauksit Disetop Juni, Begini Dampaknya ke Antam

Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, termasuk bijih bauksit sudah di depan mata, yakni Juni 2023 mendatang. Hal tersebut seperti yang sudah tertuang dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Read More

Lantas, bagaimana dampak dari kebijakan larangan ekspor bauksit ini kepada produsen?

Sebagai salah satu perusahaan yang mengolah dan memproduksi komoditas bauksit, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengungkapkan bahwa Antam akan terus mendukung kebijakan pemerintah. Walaupun memang kebijakan tersebut menurutnya akan membuat Antam harus menyesuaikan jumlah produksi bauksit.

Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter mengungkapkan bahwa pihaknya akan menyesuaikan jumlah produksi bauksit ketika kebijakan larangan ekspor diberlakukan. Hal itu dilakukan agar mengurangi penumpukan stok bauksit yang belum terserap untuk dimurnikan di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) dalam negeri.

“Bukan penurunan produksi, nanti kita harus sesuaikan. Maksudnya, bukan penurunan. Kita mesti adjust. Kalau nggak, stockpile kita kan nggak bisa ekspor,” jelasnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (13/4/2023).

Namun begitu, Nico mengatakan bahwa pihaknya selalu mendukung kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah bauksit. Dia mengatakan, saat ini Antam sudah memiliki smelter PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) sebagai smelter chemical grade alumina (CGA).

“Kalau kita, kebijakan pemerintah selalu kita harus dukung ya. Kita harus mempercepat. Karena kita sudah punya smelter ICA. Kita harus mempercepat,” tambahnya.

Di sisi lain, dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya harus segera meningkatkan kapasitas smelter bauksit yang dimiliki agar bisa menyerap dan memurnikan bijih bauksit yang ada.

“Kita harus meningkatkan kapasitas (smelter) supaya bisa menyerap bauksit-bauksit yang kita miliki. Itu yang bagusnya itu,” tandasnya.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengungkapkan, saat ini masih terdapat delapan proyek smelter bauksit yang dalam tahap pembangunan. Sedangkan yang sudah beroperasi ada empat smelter.

Menurut Irwandy, berdasarkan pengamatan di lapangan, dari delapan proyek smelter yang sedang dalam tahap pembangunan tersebut, rupanya masih berbentuk tanah kosong. Ia pun pesimistis proyek smelter ini akan selesai tepat waktu pada Juni 2023.

“Delapan yang ada laporannya kepada Kementerian ESDM ada 18%, ada yang 50% sekian, ini ternyata masih tanah. Ada satu perusahaan yang sudah ada.. Nah jadi kita mengharapkan apakah mereka masih bisa di bulan Juni menyelesaikan smelternya atau enggak, kayaknya sedikit pesimis,” kata Irwandy, dikutip Jumat (17/3/2023).

Namun demikian, Irwandy mengimbau agar perusahaan-perusahaan yang belum dapat merampungkan proyek smelternya sesuai waktu yang telah ditentukan tidak perlu khawatir. Pasalnya, perusahaan tersebut dapat menjual produksinya kepada smelter di dalam negeri yang sudah beroperasi apabila keran ekspor ditutup.

“Tak usah terlalu khawatir karena begitu mereka gak bisa ekspor dia hanya bisa menjual yang bisa beroperasi yang empat ini. Kalau misalnya dia gak bisa jual, jadi dia stop produksi, jadi gak perlu khawatir,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Antam Bakal Rilis Emas Imlek Tahun Depan, Ini Bocorannya!

(wia)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts