Gokil! Harga Minyak Naik Terus Selama 5 Minggu Terakhir

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau mencatatkan kinerja cemerlang sejalan dengan prospek permintaan yang meningkat dan pengurangan pasokan oleh produsen.

Read More

Merujuk data Refinitiv, minyak jenis Brent meningkat 4,84% secara mingguan ke posisi US$ 84,99 per barel, dengan begitu sudah lima minggu beruntun ditutup dalam zona penguatan dan dalam satu bulan terakhir brent melonjak 13,47%.

Pada periode yang sama, untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terpantau naik 4,55% menjadi US$ 80,58 per barel, lonjakan tersebut membuat akumulasi penguatan sepanjang Juli sebesar 14,07%.


Harga minyak mentah diperkirakan masih bisa berlanjut pada paruh kedua tahun ini disinyalir karena permintaan yang akan meningkat terutama dari China dan India.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal International Energy Forum Official, Joseph McMonigle yang mengaitkan dorongan harga minyak akibat peningkatan permintaan dari China dan India yang merupakan konsumen terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Dorongan dari China terutama datang dari stilmulus yang masih digencarkan sebagai langkah memperkuat pemulihan pasca-COVID, mengingat pada kuartal II-2023 negeri asal Panda tersebut mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang masih lesu.

Ekspektasi peningkatan permintaan juga datang dari AS sejalan dengan kondisi ekonomi yang nampaknya kemungkinan besar terhindar dari resesi. Ini karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 tumbuh 2,4% secara kuartalan, nilai ini bahkan lebih tinggi dari ekspektasi pasar di 1,80%.

Sementara dari sisi pasokan, pemangkasan sukarela dari Arab Saudi yang merupakan salah satu negara produsen minyak paling besar sebanyak 1 juta per barel masih berlanjut. Analis Commerzbank melihat pemotongan ini bisa membuat produksi minyak OPEC jatuh ke level terendah sejak musim gugur 2021.

Ketatnya pasokan sementara prospek demand meningkat membuat harga minyak mentah masih potensi terkatrol naik. Kendati demikian, risiko pengetatan kebijakan moneter masih bisa menjadi tekanan bagi minyak, sebab kenaikan suku bunga memberikan implikasi pada penguatan mata uang dolar AS yang membuat harga seakan mahal, sehingga pelaku pasar jadi kurang tertarik.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Setelah Ambruk 15%, Harga Minyak Mentah Akhirnya Naik Juga

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts