Harga CPO Acuan Loyo, Sahamnya di RI Ikutan Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas saham emiten minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terkoreksi pada perdagangan sesi I Selasa (20/6/2023), seiring melandainya harga CPO acuan dunia dan masih lemahnya fundamental CPO.

Read More

Per pukul 10:25 WIB, dari 14 saham CPO, delapan saham terkoreksi, tiga saham cenderung stagnan, dan tiga saham cenderung menguat

Berikut pergerakan saham emiten minyak sawit pada perdagangan sesi I hari ini.
















Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Gozco Plantations GZCO 91 -3,19%
Pradiksi Gunatama PGUN 565 -1,74%
Palma Serasih PSGO 135 -1,46%
Menthobi Karuatama Raya MKTR 161 -1,23%
Dharma Satya Nusantara DSNG 545 -0,91%
Triputra Agro Persada TAPG 565 -0,88%
Salim Invomas Pratama SIMP 404 -0,49%
Citra Borneo Utama CBUT 1.990 -0,25%
Eagle High Plantations BWPT 56 0,00%
Tunas Baru Lampung TBLA 685 0,00%
Jhonlin Agro Raya JARR 218 0,00%
PP London Sumatra Indonesia LSIP 1.030 0,49%
Jaya Agra Wattie JAWA 77 1,32%
Provident Investasi Bersama PALM 630 3,28%

Sumber: RTI

Saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) menjadi saham CPO yang koreksinya paling besar pada sesi I hari ini, yakni ambles 3,19% ke posisi harga Rp 91/saham.

Namun, masih ada tiga saham CPO yang mampu menguat pada sesi I hari ini, yakni saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), dan PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). Saham PALM menjadi yang paling besar penguatannya yakni mencapai 3,28%.

Koreksi saham CPO terjadi di tengah melandainya harga sawit acuan setelah sebelumnya menguat selama lima hari beruntun.

Melansir Refinitiv, harga CPO di Bursa Malaysia Exchange pada sesi awal perdagangan terpantau melemah tipis 0,05% ke posisi MYR 3.755 per ton pada pukul 08:20 WIB.

Dengan ini, harganya sudah kembali ke level psikologis MYR 3.700, setelah pergerakannya cukup fluktuatif dan sempat nyaris menyentuh posisi terendah dalam 2 tahun terakhir.

Pada perdagangan Senin kemarin, harga CPO ditutup menguat 0,37% ke posisi MYR 3.757 per ton. Ini merupakan posisi tertinggi sejak perdagangan 9 Mei 2023. Dengan ini, dalam sebulan harga CPO sudah melesat 17,37%, dan secara tahunan koreksi akhirnya terpangkas menjadi 9,99%.

Turunnya harga CPO terjadi di tengah kekhawatiran atas cuaca kering yang berdampak pada produksi global kelapa sawit dan kedelai. Itulah sebabnya, penurunan tak terlalu dalam karena sentimen ini masih cukup kuat menopang harganya.

Pasar tampaknya stabil dengan ekspektasi beberapa penurunan imbal hasil di Malaysia karena cuaca panas dan kering. Hal ini diungkapkan oleh Mitesh Saiya, manajer perdagangan di perusahaan perdagangan Kantilal Laxmichand & Co yang berbasis di Mumbai.

Tetapi Indonesia telah memberikan tekanan pada pasar dengan menjual minyak sawit olein lebih murah karena produksi telah meningkat, dan sekarang mencari lebih banyak pangsa pasar, tambahnya.

Tanda-tanda kekeringan yang memburuk di Midwest AS juga meningkatkan kekhawatiran atas tanaman kedelai, mendorong masa depan kedelai Chicago mencapai level tertinggi dalam hampir enam minggu pada hari Jumat.

Pasar kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) ditutup pada Senin untuk hari libur umum. Sementara, kontrak kedelai teraktif Dalian DBYcv1 naik 2%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 2,5%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Di lain sisi, fundamental sawit masih lemah, sehingga perlu banyak stimulus kuat agar harga bergerak ke zona hijau.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Butuh Vitamin! Harga CPO Susah Bangkit, Malah Tekor 4,2%

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts