Hujan Sentimen, Harga Minyak Melesat Empat Pekan Beruntun!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia terapresiasi pekan ini, melanjutkan penguatan selama empat pekan berturut-turut. Melesatnya harga minyak mentah dunia disokong oleh pemangkasan produksi negara penghasil minyak besar, berkurangnya persediaan, hingga potensi pemulihan dan percepatan pertumbuhan ekonomi dunia.

Read More

Dalam sepekan, harga minyak mentah WTI naik 3,9% ke posisi US$77,07 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah brent turut menguat 3,2% di posisi US$81,07 per barel sepanjang pekan ini.

Harga minyak mentah mengalami penguatan selama empat pekan berturut-turut atau sejak 26 Juni 2023, Minyak WTI melesat 11% dan Brent terapresiasi 9,2%.

“>

Harga minyak dunia yang melesat dalam empat pekan berturut-turut ini ditopang dari pengetatan produksi yang berimbas ke minimnya persediaan.

Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan Amerika Serikat (AS) sebagai negeri produsen dan konsumen minyak terbesar dunia mengalami penurunan persediaan minyak708.000barel minggu lalu menjadi 457,4 juta barel. Penurunan persediaan AS berpotensi menyebabkan kenaikan permintaan kedepan, sehingga menyebabkan kenaikan harga.

Selain itu, data terbaru, termasuk inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan pekerjaan yang moderat, telah meyakinkan banyak investor dan analis bahwa perkiraan kenaikan suku bunga bulan Juli oleh The Federal Reserve AS akan menjadi yang terakhir dari siklus pengetatan saat ini. Hal ini menjadi sentimen penggerak perekonomian dunia dengan adanya potensi suku bunga melandai ke depan.

Arab Saudi dalam rapat Organisasi Kartel Eksportir Minyak Dunia (OPEC+) juga menyatakan akan melakukan pemangkasan produksi selama bulan Juni sebesar 1 juta barel per hari dan akan memperpanjang untuk bulan Juli ini. Bulan April, OPEC+ juga telah menyetujui untuk pengurangan produksi sebesar lebih dari 1 juta barel per hari.

Pengurangan produksi Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar dunia dan negara OPEC+ lainnya disinyalir menjadi penopang harga minyak mampu bertahan dikisara US$60-90 per barel sepanjang 2023.

Di lain sisi, Rusia, negara eksportir terbesar kedua setelah Arab, akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 2,1 juta ton pada kuartal III-2023, sejalan dengan rencana pemotongan ekspor sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, menurut Kementerian Energi Rusia.

Perencana ekonomi top China, konsumen minyak terbesar kedua, berjanji bahwa mereka akan meluncurkan kebijakan untuk “memulihkan dan memperluas” perekonomian karena daya beli konsumen tetap lemah.

Kendati demikian, perekonomian China pada kuartal II-2023 menunjukkan adanya penguatan dengan inflasi yang sudah terkendali. Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2023 dilaporkan tumbuh 6,3% dari secara tahunan (yoy). Sedangkan, inflasi China bulan Juni menunjukkan nilai 0% yang menjadi kekhawatiran pasar akan potensi terjadinya deflasi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Cerah, Akan Bertahan Lama?

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts