Inflasi AS Melonjak Lagi, Bursa Asia Dibuka Merana

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik dibuka di zona merah pada perdagangan Jumat (13/10/2023), jelang rilis data inflasi dan neraca perdagangan China pada periode September 2023.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,14%, Hang Seng Hong Kong anjlok 1,6%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,51%, Straits Times Singapura merosot 0,78%, ASX 200 Australia melemah 0,2%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,68%.

Dari China, data inflasi dan neraca perdagangan periode September akan dirilis pada hari ini. Pelaku pasar dalam konsensus Trading Economics berekspektasi inflasi China akan naik 0,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan tumbuh 0,4% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sebagai catatan, inflasi China mencapai 0,1% (yoy) dan 0,3% (mtm) pada Agustus 2023, China sempat mencatat deflasi pada Juli 2023 (yoy) yang membuat dunia terkejut.

Secara bulanan, China sempat mengalami deflasi pada Februari hingga Juni 2023. Deflasi diakibatkan oleh lambatnya pemulihan ekonomi China pasca lockdown untuk mengatasi penyebaran virus covid-19.

Tak hanya data inflasi, China juga akan merilis data neraca perdagangan periode September 2023 pada hari ini.

Ekspor dan impor China diprediksi akan mengalami sedikit perbaikan pada September lalu, berdasarkan survei pasar Reuters, menambah serangkaian data terbaru yang menunjukkan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut mulai stabil, meski datanya diprediksi masih berkontraksi.

Ekspor China diperkirakan mengalami kontraksi 7,6%, lebih baik dari periode sebelumnya yakni Agustus lalu yang berkontraksi 8,8%. Sedangkan impor China juga diprediksi sedikit membaik yakni berkontraksi 6% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Agustus lalu yang berkontraksi 7,3%.

Meski begitu, China masih menghadapi krisis properti yang menjadi penopang perekonomian. Terdapat beberapa perusahaan raksasa properti yang terancam bangkrut akibat masalah ini, seperti Evergrande dan Country Garden.

Negeri Tirai Bambu ini sempat mengucurkan stimulus dengan memangkas rasio cadangan perbankan 25 basis poin (bp) ke 7,4%. Pemangkasan rasio cadangan perbankan diperkirakan bakal melepas dana hingga US$ 69 miliar sebagai tambahan likuiditas bank.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang juga ditutup terkoreksi setelah dirilisnya data inflasi konsumen.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmelemah 0,51%, S&P 500 terkoreksi 0,62%, dan Nasdaq Composite terdepresiasi 0,63%.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali melonjak setelah data inflasi konsumen (consumer price index/CPI) keluar pada Kamis malam waktu Indonesia.

Yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan US Treasury naik hampir 16 bp menjadi 4,932%. Yield Treasury 10 tahun baru-baru ini diperdagangkan mencapai level tertinggi dalam 16 tahun terakhir yang menggoyahkan pasar saham. Awal bulan ini, yield Treasury 10-tahun diperdagangkan di atas 4,8%.

Beberapa investor percaya bahwa imbal hasil yang lebih tinggi akan bertahan, mempengaruhi penurunan pasar ekuitas pada Kamis kemarin.

“Setiap angka (Inflasi) yang muncul menunjukkan lebih banyak kekakuan yang menghilangkan keyakinan bahwa pada akhirnya kita akan mencapai inflasi 2%. Kami tidak akan mencapai inflasi sebesar 2%, namun pasar obligasi masih percaya bahwa kami akan mencapainya atau mendekatinya,” kata Phillip Colmar, Managing Partner dan ahli strategi global di MRB Partners, dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya, CPI AS periode September 2023 yang dirilis Kamis kemarin meningkat 3,7% (yoy) dan 0,4% (mtm). Kenaikan tersebut lebih tinggi dari konsensus Dow Jones masing-masing sebesar 3,6% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Inflasi bulanan menunjukkan adanya penurunan, namun secara tahunan tidak mengalami perubahan yang menjadi kekhawatiran sulit tercapainya target inflasi 2%.

Selain itu, Perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung telah menimbulkan pertanyaan mengenai potensi krisis pasokan minyak dan kenaikan harga bahan bakar jika ketidakstabilan geopolitik menyebar ke negara-negara produsen minyak di wilayah tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Menghijau, IHSG Siap-Siap Ngikut?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts