Inflasi AS Sesuai Ekspektasi, Rupiah Melemah ke Rp15.715/US$


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru setelah data inflasi AS yang sesuai ekspektasi dan sikap wait and see pelaku pasar perihal data inflasi Indonesia hari ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah tipis 0,03% di angka Rp15.715/US$. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (29/2/2024) yang melemah sebesar 0,19% serta merupakan penurunan yang terjadi selama enam hari beruntun.

Sementara DXY pada pukul 08:56 WIB turun di angka 104,08 atau turun 0,07%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 104,15.

Semalam, AS telah melaporkan data inflasi (Personal Consumption Expenditure) pada Januari 2024 tercatat 2,4% secara tahunan (yoy) dan mencapai 0,3% secara bulanan (mtm). Angka bulanan lebih tinggi dari periode Desember 2023 yang tumbuh 0,1%, namun secara tahunan lebih rendah dari Desember 2023 yang tumbuh 2,6%.

Angka PCE sejalan dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan inflasi PCE tumbuh 0,3% (mtm) dan 2,4% (yoy).

Inflasi PCE inti,yang mengeluarkan harga makanan dan energi yang bergejolak, tercatat 0,4% (mtm) dan 2,8% (yoy) yang tentunya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Data inflasi PCE yang sejalan ekspektasi pasar ini meningkatkan optimisme pasar jika bank sentral AS (The Fed) bisa memangkas suku bunga secepatnya.

Laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada hari ini menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 13.000 menjadi 215.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 24 Februari. Para ekonom memperkirakan 210,000 klaim untuk minggu terakhir.

Selain itu, hari ini juga pelaku pasar masih memasang sikap wait and see perihal data inflasi Indonesia yang akan dirilis hari ini.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Februari 2024 akan mencapai 0,25% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,63% pada Februari. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,7% (yoy).

Sebagai catatan, inflasi pada Januari 2024 tercatat 2,57% (yoy) dan 0,04% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,68% (yoy).

Untuk diketahui, secara historis inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Bila harga pangan belum juga turun maka inflasi Maret bisa semakin melonjak.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Tunggu Data AS, Rupiah Kasih Harapan Menguat!

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts