Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Kamis (4/1/2024), di mana investor masih cenderung melakukan aksi profit taking di tengah kebimbangan investor akan seberapa cepat pemangkasan suku bunga dilakukan.

Per pukul 08:35 WIB, hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang menguat pada perdagangan pagi hari ini, yakni naik 0,12%.

Sedangkan sisanya terpantau melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,02%, Shanghai Composite China turun 0,11%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,4%, ASX 200 Australia terpangkas 0,27%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,58%.

Hari ini, sejumlah negara juga akan merilis data PMI jasa mulai dari China, Jepang, Australia, hingga Eropa. Data-data ini akan mencerminkan seberapa cepat pemulihan permintaan dan ekonomi global menjelang 2024.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah kembali terjadi di tengah lesunya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones berhasil ditutup melemah 0,76%, S&P 500 terkoreksi 0,8%, dan Nasdaq Composite ambles 1,18%.

Indeks saham AS mengakhiri sesi kedua tahun ini dengan penurunan kembali dalam aksi taking profit yang diperpanjang pada perdagangan Rabu setelah penutupan yang kuat hingga tahun 2023, dengan risalah dari pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Desember gagal menghilangkan ketakutan yang menyelimuti pasar.

Ini menjadi pertama kalinya indeks acuan S&P 500 memulai tahun ini dengan dua penurunan berturut-turut sejak dimulainya tahun 2015 dengan penurunan tiga sesi. Ini juga merupakan hasil dua hari terburuknya, berdasarkan persentase, sejak akhir Oktober.

Namun, sejauh ini investor bersikap hati-hati pada tahun 2024, khawatir terhadap rencana The Fed yang akan melakukan penurunan suku bunga tahun ini dan seberapa cepat hal ini dapat diterapkan.

Meskipun The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada Januari, FedWatch CMEGroup menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 67% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret.

Risalah rapat The Fed yang dirilis pada Rabu menawarkan wawasan baru, dengan para pengambil kebijakan tampak semakin yakin bahwa inflasi sudah terkendali, dengan berkurangnya “risiko kenaikan” dan meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak buruk kebijakan moneter yang “terlalu ketat” terhadap perekonomian.

Sedikit informasi yang diberikan mengenai kapan penurunan suku bunga akan dimulai.

“Pasar ingin mendengar kapan dan seberapa besar The Fed akan menurunkan suku bunganya, dan mereka tidak memahaminya, meskipun bukan tugas The Fed untuk melakukan hal tersebut,” ujar Jason Betz, penasihat kekayaan swasta di Ameriprise Financial.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Investor Cenderung Wait and See, Bursa Asia Dibuka Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts