Investor Ramai-ramai Serbu SBN, SRBI Kurang Laku


Read More

Jakarta, CNC Indonesia – Proyeksi yield 10 tahun SBN diprediksi berpotensi turun ke 5,9% atau kisaran di 5,8-6,0% di tengah Bank Indonesia yang baru menerbitkan instrumen baru Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas mengatakan, proyeksi yield 10 tahun SBN berpotensi turun ke 5,9% atau kisaran di 5,8-6,0% dan return investasi di pasar obligasi tahun 2024 akan memberikan imbal hasil sekitar +9,8%.

“[Pada tahun 2023], pasar obligasi Indonesia terbukti risilien dan masih memberikan return +8.7%. Kami memperkirakan, kinerja positif ini masih akan berlanjut di tahun 2024-2025,” ujar Handy dalam Economic & Market Outlook 2024, di Jakarta, Senin, (29/1/2024).

Di tengah optimisme ini, Mandiri Sekuritas melihat, instrumen Surat Utang Negara (SUN) masih akan menjadi instrumen andalan meski BI telah meluncurkan SRBI. Dengan begitu, Mansek melihat, belum akan ada crowding out effect di kemudian hari.

Sebagai Informasi, Crowding out adalah kondisi dimana kebijakan pemerintah yang bersifat ekspansif mempengaruhi kondisi pasar. Salah satu bentuknya adalah, kenaikan defisit anggaran belanja pemerintah yang menekan pengeluaran investasi dari sektor swasta.

“Belum akan ada crowding out effect. Kenapa? Pertama, size SRBI belum besar. Meski SRBI outstandingnya Rp350 triliun, tapi itu sebagian dibeli dari reserve repo outstanding jatuh tempo yang tidak diberi ke SRBI,” jelasnya.

Faktor kedua, Handy melihat, ketentuan pajak SRBI ini belum final. Sebagaimana diketahui, pajak SRBI lebih tinggi dari pada SUN, dimana 15%, sementara SUN 10%

Ketiga, investor lebih senang SUN karena bisa bisa mengamankan yield dengan tenor periode panjang.

“SRBI bisa dapat 6-9%, tapi kalau investment horizon saya 3 tahun, saya beli yield SUN dengan imbal hasil 6,5%, tapi kalau nanti SRBI misalnya di awal 6,8%, namun dalam tiga tahun bisa turun jadi 6,5%,” ungkap Hendy.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


SRBI Raup Dana Rp37 T, Asing Borong di Pasar Sekunder

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts