Investor Waswas Inflasi AS, Bursa Asia Kembali Dibuka Merana

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka terkoreksi pada perdagangan Selasa (12/9/2023), di mana investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan data ekonomi penting lainnya.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang terpantau bergerak di zona hijau, yakni menguat 0,17%.

Sedangkan sisanya terpantau melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,45%, Shanghai Composite China turun 0,15%, Straits Times Singapura dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,35%, serta KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,42%.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas dibuka melemah terjadi di tengah kembali menghijaunya bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,25%, S&P 500 terapresiasi 0,67%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,14%.

Bangkitnya Wall Street, terutama indeks Nasdaq ditopang saham Tesla dan Qualcomm. Saham Tesla terbang 10%, setelah Morgan Stanley menaikkan penilaian terhadap emiten tersebut dan memperkirakan adanya potensi reli ke depan karena pembaharuan pada software otomatis di mobil mereka.

Sedangkan saham Qualcomm melonjak nyaris 4%, setelah perusahaan semikonduktor tersebut mengatakan akan memasok modem 5G untuk ponsel pintar kepada Apple hingga tahun 2026.

Namun secara menyeluruh, penguatan Wall Street semalam terjadi karena sikap pasar di tengah penantian inflasi yang akan mengimplikasi suku bunga.

Akan tetapi implikasinya beralih pada pemikiran seberapa besar suku bunga akan naik menjadi seberapa lama bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menahan suku bunga

Hal ini juga semakin didukung dengan data yang ditunjukan CME Fedwatch Tool yang mengukur peluang suku bunga akan ditahan pada level 5,25% – 5,50% sudah semakin dominan, mencapai 93%.

Kendati demikian, data inflasi diperkirakan bisa meningkat lagi karena efek harga minyak mentah dunia yang sempat melonjak hingga ke level US$ 90 per barrel. Oleh karena itu, perlu diantisipasi apabila tekanan inflasi masih bisa menahan laju gerak indeks bursa AS dalam pekan ini.

Data inflasi AS periode Agustus 2023 diprediksi melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy), berdasarkan konsensus pasar dalam Trading Economics.

Apabila inflasi naik sesuai perkiraan, ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% (yoy) pada Juni lalu.

Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi dan inti masih jauh dari target The Fed di sekitar 2%.

Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap The Fed pada pertemuan pekan ketiga bulan ini berpotensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts