Jadi Simbol Perlawanan, Brand Fashion Dayak Ini Mendunia

Jakarta, CNBC Indonesia – HANDEP, fashion brand dan social enterprise kenamaan Indonesia yang asal Kalimantan Tengah sukses didirikan oleh anak muda Dayak, Randi Julian Miranda Bersama dua rekannya, Yoan Taway dan Kuratul Aini. HANDEP didirikan atas dasar keprihatinan Randi atas ketidakadilan yang dialami masyarakat Dayak dari dampak eksploitasi tambang dan sawit yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar.

Read More

Meskipun ada banyak sekali perusahaan skala besar di Kalimantan, namun kesempatan untuk memperoleh pekerjaan bagi masyarakat Dayak masih sangat terbatas. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan ekstraktif ini juga menyebabkan berbagai dampak lingkungan yang buruk seperti deforestasi, banjir skala besar, pencemaran sungai, serta permampasan tanah dan hutan Adat.

Faktor inilah yang mendorong HANDEP memutuskan untuk mengambil peranan yang sangat penting demi mendukung penuh masyarakat adat Dayak yang ada di kawasan itu melalui matapencaharian yang lebih berkearifan lokal dan tidak merusak lingkungan khusunya hutan hujan Kalimantan yang memainkan peranan penting dalam keseimbangan ekosistem. Jadi HANDEP ini merupakan sebuah “initiative from the ground up” dimana para pendirinya adalah bagian dari komunitas yang kami bantu.

“So, we own our narrative, berbeda dengan kebanyakan usaha sosial lain dimana para pendirinya datang dari luar komunitas yang mereka bantu.

HANDEP memilih model social enterprise karena tujuannya tidak hanya demi mencari keuntungan semata, tetapi membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. “Kenapa itu menjadi penting? Karena aku pikir kan kalau untuk daerah-daerah terpencil kayak di pedalaman Kalimantan itu susah banget diakses ya. Jadi program-program dari pemerintah pun jarang banget bisa masuk, inilah yang membuat HANDEP akhirnya mengambil peranan penting dalam mendukung masyarakat adat yang ada di sana,” papar Randi.

Produk HANDEP diproduksi dengan memanfaatkan bahan alami berupa rotan yang ketersediannya masih melimpah di Kalimantan dan proses pengerjaan yang ramah lingkungan. Produk akhirnya berupa alsesoris fashion dan dekorasi rumah seperti tas, topi, keranjang, dan aksesoris lainnya. “HANDEP sendiri mengusung konsep sustainable fashion yang bertujuan untuk membantu menjaga lingkungan serta pelestarian hutan dan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.

Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai tradisi menganyam rotan dengan motif tribal ciri khas Dayak yang sangat unik, potensi ini lah yang dikembangkan menjadi produk yang dapat memperkenalkan keunikan dan ciri khas suku Dayak,” jelas Randi. Selain itu, untuk setiap pembelian 1 produknya, HANDEP menanam 1 pohon di hutan masyarakat di desa-desa mitranya. Kami menggunakan konsep bisnis regenerative yang sifatnya sangat holistik dari sisi lingkungan, social dan ekonomi.

Rotan yang membutuhkan hutan untuk hidup akhirnya menjadi senjata bagi HANDEP untuk menjaga hutan. Jika hutan terjaga, rotan tidak akan punah, dan sebaliknya. “Cara paling sederhana untuk membantu masyarakat adat Dayak menjaga hutan mereka yange merupakan paru-paru dunia ini adalah dengan membeli produknya. HANDEP is craft that conserves Borneo tropical rainforests”, tutur Randi.

Adapun perbedaan produk HANDEP dengan kriya berbahan rotan lain di Kalimantan dan daerah lain di Indonesia adalah anyamannya yang sangat halus, desain yang kontemporer, transparansi dan perdagangan yang adil, serta pewarnaan yang masih menggunakan cara tradisional, yakni dengan pewarna alam. Hal itu dilakukan HANDEP untuk menjaga kearifan lokal.

Saat ini, HANDEP bermitra dengan kurang lebih 350 pengrajin di desa-desa di Kalimantan Tengan dan Barat. Di tahun 2023, HANDEP merambah ke kain tenun Dayak di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, untuk mendukung pelestarian menenun suku Dayak Iban dan memberikan kesempatan matapencaharian yang lebih baik bagi perempuan penenun. Kain Tenun suku Dayak Iban ini disulap menjadi pakaian dan juga aksesoris seperti tas.

Randi tak menampik produk-produk HANDEP juga dijual ke luar negeri dengan negara seperti Brunei, Malaysia, Jepang, AS, Australia dan beberapa negara Eropa dimana kriya mendapatkan apresiasi tinggi. Namun, ia menyebut pasar domestik yang begitu besar adalah peluang utama yang menjadi prioritas saat ini.

Kuncinya terletak pada kemampuan mengomunikasikan produk kepada target pasar yang dituju. HANDEP memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk mengomunikasikan nilai-nilai brand sehingga konsumen semakin sadar saat membeli produk mereka. HANDEP juga rutin mengikuti pameran untuk memperkenalkan ke calon konsumen di pasar domestic dan mancanegara. Tapi, Randi menegaskan bahwa pihaknya tidak mau menjual cerita sedih untuk menarik hati konsumen.

Hal paling utama yang ditawarkan justru produk yang berkualitas baik, ditambah dengan sejumlah benefit. HANDEP menyediakan layanan purna jual sehingga konsumen bisa memperbaiki produk mereka yang rusak di HANDEP.

Masyarakat yang dibina oleh HANDEP telah merasakan dampak positif dalam hal penghasilan. Dari survei internal HANDEP, tercatat peningkatan pemasukan rata-rata sebesar 80 persen pada masyarakat yang benar-benar menggeluti pengelolaan rotan sebagai mata pencaharian utama. HANDEP juga kerap memberikan berbagai program pelatihan utnuk pengembangan kapasitas bagi masyarakat binaanya. Dari pelatihan tentang manajemen keuangan, desain yang lebih inovatif, budidaya rotan berkelanjutan, manajemen produksi dan organisasi, dan beasiwa bagi anak muda.

HANDEP merupakan singkatan dari Handmade Ethical Products. Namun, dalam bahasa Dayak, Handep artinya saling membantu, gotong royong, atau bersama-sama dalam semangat keleuargaan, dimana semua orang harus berkontribusi.

HANDEP telah mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan global, seperti Impact Hero Asia Pacific, Forbes 30 Under 30 untuk kategori Social Impacts, Indonesia Brand Founders Award. HANDEP telah menjadi salah satu usaha sosial dan sustainable brand yang menjadi contoh bisnis yang mengedepankan nilai-nilai keberlanjutan, transparansi, dan berkeadilan.

Harapan Randi, semoga lebih banyak anak muda Indonesia mau bekerja untuk kepentingan sosial, lingkungan dan budaya. ” Saran aku, anak – anak muda Indonesia berkaryalah dan jangan hanya menentingkan uang saja. Memang kita butuh profit, tapi sebisa mungkin upayakan ada hal-hal positif yang bisa kita berikan kepada orang di sekitar dan lingkungan kita” tutup Randi.

[Gambas:Video CNBC]

(Zefanya Aprilia/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts