Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Wall Street Dibuka Flat

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung mendatar pada perdagangan Rabu (14/12/2022), jelang pengumuman keputusan suku bunga terbaru bank sentral AS, di mana mereka memprediksi suku bunga kembali dinaikan.

Read More

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka menguat 0,12% ke posisi 34.150,52 dan S&P 500 naik tipis 0,07% ke 4.022,39. Sedangkan indeks Nasdaq Composite turun tipis 0,07% menjadi 11.249,34.

Setelah pasar melihat bahwa inflasi AS kembali melandai pada November lalu, mereka kemudian memprediksi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengurangi laju kenaikan suku bunganya pada pertemuan terakhir di tahun 2022.

Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25% – 4,5%, dengan probabilitas mencapai 79,4%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.

Sepanjang tahun ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp menjadi 3,75-4,0%.

Sebelumnya Selasa kemarin, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK) AS periode November 2022 mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Inflasi tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.

Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).

Adapun, IHK AS mencapai puncaknya pada tahun ini sebesar 9,1% (yoy) pada Mei lalu. Setelah itu, IHK berangsur turun seiring dengan penurunan harga di sejumlah sektor dan kebijakan fiskal yang terus diperketat.

Meskipun demikian, IHK diperkirakan masih akan di atas 6%, jauh di atas target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.

IHK inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat sebesar 6% (yoy) pada November 2022. Hasil tersebut sedikit turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (month-to-month/mtm) dan di bawah ekspektasi sebesar 6,1% (mtm).

Sementara itu, secara bulanan (mtm), IHK AS tercatat sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,4% (mtm) dan juga di bawah proyeksi sebesar 0,3% (mtm).

Di lain sisi, Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan berpidato terkait prospek sikap The Fed terkait kebijakan moneter pada tahun 2023.

Dalam pertemuan sebelumnya, para trader cenderung peka terhadap bahasa Powell, menafsirkan nadanya sebagai hawkish atau dovish.

“Kami memperkirakan The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan terakhir tahun ini, di mana para pembuat kebijakan cenderung menekankan bahwa pekerjaan untuk membatasi inflasi belum berakhir,” kata Mark Haefele dari UBS, dikutip dari CNBC International.

“Perlambatan penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan upah akan dibutuhkan sebelum The Fed dapat menghentikan kenaikan suku bunga,” tambah Haefele.

Dalam risalah rapat kebijakan moneter edisi November 2022, para pejabat The Fed sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.

“Mayoritas partisipan menilai pelambatan laju kenaikan suku bunga akan tepat jika segera dilakukan,” tulis risalah tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).

Para pejabat The Fed akan memperhitungkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan yang mempengaruhi kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan.

Meski The Fed diprediksi akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuanny, tapi resesi diprediksikan masih dapat terjadi.

Salah satunya yakni David Rubenstein, yang merupakan miliarder asal Amerika dan mantan pejabat Gedung Putih. Menurutnya angka inflasi tersebut masih tinggi dan ia memprediksikan bahwa inflasi tidak akan turun secara berarti sebelum angka pengangguran naik secara signifikan.

“Sampai kita mendapatkan angka pengangguran menjadi sekitar 6%, kita tidak akan menurunkan inflasi secara berarti,” tuturnya dikutip Market Insiders.

Seperti diketahui, pasar tenaga kerja AS masih kuat meski The Fed telah sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Pada November lalu, angka lowongan pekerjaan mencapai 263.000 pekerjaan baru, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yakni 200.000. Sementara, angka pengangguran tetap berada di 3,7%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Saham Amerika 4 Hari Ambrol, Ada Yang Happy Nih!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts