Kabar Baik, Bursa Asia Dibuka Cerah Kecuali…

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Rabu (19/7/2023), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menghijau Selasa kemarin karena positifnya kinerja keuangan beberapa emiten di AS.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang terpantau melemah pada pagi hari ini, yakni merosot 0,96%. Sedangkan sisanya terpantau menguat.

Indeks Nikkei 225 Jepang melesat 1,09%, Shanghai Composite China naik tipis 0,03%. Sementara Straits Times Singapura menguat 0,47%, ASX 200 Australia bertambah 0,58%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,14%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat pada pagi hari ini terjadi di tengah menghijaunya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,06%, S&P 500 menguat 0,71%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,76%.

Saham-saham perbankan terbang tinggi pada perdagangan kemarin ditopang oleh ekspektasi pertumbuhan pendapatan. Saham Morgan Stanley terbang 6,45%, saham Bank of America melonjak 4,42%, saham Bank of New York Mellon melambung 4,11%, dan PNC Financial menguat 2,51%.

Selain perbankan, saham Microsoft jug terbang dan bahkan mampu mencetak rekor tertingginya sepanjang masa. Saham Microsoft ditutup melesat 4% ke posisi US$ 359,49 pada perdagangan kemarin. Saham raksasa teknologi yang didirikan Bill Gates tersebut sudah melesat 50% sepanjang tahun ini.

Ekspektasi kinerja keuangan yang membaik pada April-Juni 2023 menjadi alasan lain mengapa bursa Wall Street berpesta pora. Dari 38 perusahaan di indeks S&P yang sudah melaporkan kinerja keuangan pada April-Juni, 82% mampu membukukan kinerja di atas ekspektasi.

“Kita harus menghapus kemungkinan soal hard-landing scenario. Kita dulu memperkirakan jika akan ada penurunan pada kinerja keuangan karena tahun ini akan lebih sulit. Namun, kinerja keuangan perusahaan tahun ini malah tumbuh dan meningkat pesat. Ini jelas lebih baik dari skenario di awal tahun,” tutur analis dari Alger, Ankur Crawford, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu dari rilis data ekonomi AS, pengeluaran konsumen lebih lemah dari yang diperkirakan pada Juni lalu. Meskipun gambaran inflasi tampak lebih cerah, berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS.

Penjualan ritel lanjutan hanya menunjukkan kenaikan 0,2% pada Mei, kurang dari kenaikan 0,5% yang diharapkan oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Tidak termasuk otomotif, kenaikannya juga sebesar 0,2%, di bawah perkiraan 0,3%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pasar Khawatir Lagi, Bursa Asia Dibuka Lesu

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts