Kaum Paylater Makin Banyak, Bank Jumbo Gak Mau Ketinggalan

Jakarta, CNBC Indonesia – Penggunaan produk keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater, yakni layanan menunda atau mencicil pembayaran semakin banyak. Bahkan, jumlah penggunanya telah melampaui pemakai kartu kredit.

Read More

Awalnya layanan ini diinidiasi oleh perusahaan finansial berbasis teknologi atau fintech. Namun, belakangan bank menengah hingga besar juga ikut mencicipi manisnya segmen ini.

Sebut saja bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang tahun lalu mengumumkan akan meluncurkan Paylater BCA. Mengutip situs resmi BCA, layanan tersebut telah hadir di My BCA.

SelainBCA, PT BankBPTNTbk telah merambah bisnispaylater sejak Maret 2023. Bank menghadirkan layanan tersebut secara mandiri, tanpa berkerja sama dengan perusahaan teknologi berbasis finansial (fintech). Bank BTPN menyediakan plafon maksimal Rp 2,5 juta bagi pengguna Jenius.

Selain itu, bank digital Allo Bank juga telah mengumumkan layanan paylater dengan plafon hingga Rp 100 juta. 

Kemudian  tahun ini, ada dua bank besar yang akan segera meluncurkan fitur paylater, yakni bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).

Menurut pengamat, masuknya bank terhadap bisnis paylater tidak terlepas dari tren kartu kredit yang mulai tergantikan oleh layanan produk keuangan baru itu.

“Untuk itu wajar bila bank-bank besar mulai masuk ke bisnis paylater. Karena memang prospektif dan bisa menyesuaikan dengan tren transaksi keuangan milenial dan Gen Z,” ujar SVP, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (5/9/2023).

Ia melihat kontribusi generasi milenial dan generasi z pada bisnis ritel bank sangat besar. Terutama, pada produk keuangan yang terdigitalisasi seperti paylater.

Maka dari itu, Trioksa memandang bisnis paylater tentunya akan menguntungkan bank. Belum lagi, bank memiliki modal dan sumber daya yang lebih dari memadai untuk masuk ke bisnis tersebut.

Menurut Dewan Pengawas Multiguna Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Dino Martin, bisnis paylater adalah ‘volume game’. Ia menjelaskan biaya akuisisinya sangat besar, sementara potensi keuntungannya kecil bahkan berpotensi minus.

“Ini Volume Game. Harus besar sekali baru bisa mengharapkan profit. Untuk bank lebih masuk akal main di paylater karena budget acquisition cost-nya mereka lebih besar. Kok bisa lebih besar? Ya karena LTV (long term value) customer bank khan lebih besar,” terang Dino saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (5/9/2023).

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi berpendapat masuknya perbankan ke paylater tentu akan menambah semarak dan adanya persaingan dalam bisnis ini. Terlebih dalam paylater, pengguna dapat memilih layanan mana yang lebih sesuai, baik tenor, bunga maupun besaran maksimal pinjaman yang bisa diberikan.

Namun, ia menyebut jika layanan paylater bank akan masuk ke e-commerce, perlu berhati-hati. Ini karena banyaknya jumlah pengguna yang menunggak bahkan gagal bayar cicilan karena berbagai macam penyebab.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan bahwa jumlah outstanding amount atau jumlah utang yang belum terbayarkan dari BNPL sebesar Rp 25,16 triliun per semester I-2023. Sementara total outstanding yang termasuk kredit macet atau non performing loan (NPL) sebesar Rp 2,15 triliun.

Besaran tersebut berasal dari sekitar 13 juta pengguna BNPL, yang mana sudah melampaui lebih 2 kali lipat pengguna kartu kredit yang sebanyak 6 juta.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL layanan BNPL per April 2023 mencapai 9,7% atau di atas batas aman 5%. Berdasarkan umur, rentang usia muda 20-30 tahun menyumbang 47,78% terhadap rasio NPL BNPL.

Menanggapi hal ini, OJK menyampaikan bahwa tingkat inklusi keuangan pada rentang usia muda tersebut sebenarnya sudah mencapai sekitar 86%, tergolong tinggi. Tingkat tersebut juga terus naik dari tahun ke tahun, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan tingkat literasi keuangan.

Terlebih, BNPL kini sudah terhubung dengan sistem layanan informasi keuangan (SLIK). Lantas jika ada tunggakan, akan mempengaruhi credit score masyarakat.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bank Mandiri Bikin Paylater, Ini Alasannya

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts