Kondisi Global Tak Buat Gentar, Rupiah Strong

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru terjadi di tengah kondisi global yang tidak pasti dan mengkhawatirkan.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.690/US$ atau menguat 0,25% terhadap dolar AS. Posisi ini mematahkan tren pelemahan rupiah yang terjadi selama dua hari beruntun.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (11/10/2023) pukul 14.56 WIB, berada di posisi 105,66 atau turun 0,14% jika dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (10/10/2023) yang ditutup di angka 105,82.



Kondisi ekonomi AS saat ini masih cukup ketat karena inflasi yang diperkirakan masih cukup tinggi khususnya yang akan dirilis pekan ini. Sebagai catatan, AS mencatatkan inflasi periode Agustus 2023 naik menjadi 3,7% (year on year/yoy) dibandingkan periode Juli di angka 3,2% secara tahunan (yoy).

Inflasi AS dan berbagai negara di seluruh dunia dapat semakin parah, khususnya jika perang Israel-Hamas terus berlanjut dan dan menyeret negara pendukungnya sebagai pemain energi penting global.

Jika inflasi AS menurun dengan lambat atau malah naik maka artinya ekonomi AS masih panas sehingga inflasi sulit melandai dengan cepat ke target kisaran bank sentral AS (The Fed) yakni 2%.

Lebih lanjut, kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang dinilai mampu memberikan angin segar terhadap nilai tukar rupiah tampak belum cukup optimal sebab rupiah justru terus mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom senior yang juga merupakan Wakil Menteri Keuangan periode 2010-2014 Anny Ratnawati menilai, kebijakan yang mewajibkan penempatan devisa hasil ekspor (DHE) perlu diperluas, sehingga tidak hanya untuk sektor sumber daya alam atau SDA, melainkan juga ke sektor manufaktur yang kinerja ekspornya tinggi.

Ia meyakini pentingnya hal tersebut dilakukan karena untuk mengantisipasi semakin keringnya pasokan atau supply dolar di tanah air di tengah tren penguatan kurs dolar Amerika Serikat (AS) saat ini

Anny menilai, sektor industri manufaktur yang perlu dipertimbangkan untuk dikenakan kewajiban parkir DHE adalah sektor industri yang gencar ekspor selama ini. Namun, ia mengingatkan, perluasan kebijakan ini perlu diperhitungkan secara cermat dan hati-hati supaya tidak mengganggu iklim usaha industri.

Sementara itu, meski nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp15.700/US$, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta masyarakat untuk tetap tenang di tengah tren menguatnya dolar AS terhadap rupiah.

Ketua Partai Golkar tersebut memastikan pemerintah akan segera mengevaluasi penerapan DHE dalam waktu dekat ini.

“Indonesia menerapkan devisa hasil ekspor yang diharapkan 3 bulan lagi kita mulai akan mengevaluasi di tengah ketidakpastian US Dolar ini, devisa ini menjadi penting dan kita sudah menyiapkan obat sebelum hujannya turun,” kata Airlangga dalam acara UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, di Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Lebih lanjut, di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang menghantam banyak mata uang dunia, secercah harapan muncul bagi mata uang Garuda. Rupiah diyakini akan kembali menguat di bawah Rp 15.000 per dolar AS.

Hal ini disampaikan oleh Senior Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, Rabu (11/10/2023).

Enrico mengungkapkan pelemahan rupiah saat ini adalah refleksi dari pergerakan dolar. Seperti diketahui, dalam perdagangan pagi ini, Rabu (11/10/2023), rupiah sempat terjerembab ke level Rp 15.730 per dolar AS. Tren pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh penguatan dolar AS seiring dengan potensi kenaikan suku bunga di AS pada akhir 2023.

“Keseimbangan dan posisi keseimbangan eksternal Indonesia tetap kuat, net FDI dan surplus transaksi berjalan, menciptakan lingkungan yang cukup stabil bagi rupiah dan untuk tahun depan kami memperkirakan rupiah akan kembali turun ke bawah Rp 15.000,” ujar Enrico.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts