Kuatnya Ekonomi AS Bikin Minyak Melesat 3%


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak bergerak beragam pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah lonjakan 3% karena kuatnya ekonomi AS dan ketegangan di Laut Merah yang belum usai.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Jumat (26/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,27% di posisi US$77,15 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,01% di posisi US$82,44.

Pada perdagangan Kamis (25/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melonjak 3,02% di posisi US$77,36 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent melesat 2,99% ke posisi US$82,43 per barel.

Harga minyak naik sekitar 3% pada perdagangan Kamis dan menetap di level tertinggi sejak Desember 2023 setelah data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan lebih cepat dari perkiraan pada kuartal terakhir dan ketegangan di Laut Merah terus mengganggu perdagangan global.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan gangguan pelayaran di koridor Laut Merah masih menjadi fokus.

Maersk mengatakan ledakan memaksa dua kapal yang dioperasikan oleh anak perusahaannya di AS yang membawa pasokan militer AS mundur ketika mereka transit di Selat Bab al-Mandab di lepas pantai Yaman, ditemani oleh Angkatan Laut AS.

“Kami akhirnya melihat pasar energi menyadari kemungkinan besar bahwa gangguan rantai pasokan ini akan berlangsung selama berbulan-bulan,” ujar Joshua Mahony, kepala analis pasar di Scope Markets, dilansir dari Reuters.

“Prospek solusi militer untuk memastikan perjalanan yang aman tampaknya tidak mungkin terjadi,” tambahnya.

Pemimpin Houthi Yaman mengatakan pada hari Kamis bahwa kelompoknya akan terus menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel sampai bantuan mencapai rakyat Palestina di Gaza.

Serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang minyak di Rusia selatan semalam juga memicu kekhawatiran pasokan, menurut Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Di AS, penurunan persediaan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu, terutama karena cuaca dingin yang ekstrem, juga mendukung harga. Persediaan AS turun 9,2 juta barel pada minggu lalu, menurut Administrasi Informasi Energi.

Selain itu, Departemen Perdagangan melaporkan pada hari Kamis, perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat di tengah kuatnya belanja konsumen, dengan pertumbuhan sepanjang tahun 2023 sebesar 2,5%. Hal ini lebih baik dibandingkan kenaikan sebesar 1,9% pada tahun 2022.

Produk domestik bruto, yang mengukur semua barang dan jasa yang diproduksi, meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,3% pada kuartal keempat tahun 2023. Dibandingkan dengan perkiraan konsensus Wall Street yang memperkirakan kenaikan sebesar 2% dalam tiga bulan terakhir tahun ini, dan 4,9% pada kuartal III 2023.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari ekspektasi pemulihan perekonomian China setelah bank sentral mengumumkan pengurangan besar cadangan bank pada hari Rabu.

Pasar telah menunggu stimulus ekonomi dari China selama beberapa bulan terakhir, menurut John Kilduff, partner di Again Capital LLC. Pemotongan cadangan bank dapat meningkatkan permintaan minyak, tambahnya.

Namun, di tempat lain, prospek suku bunga tinggi yang berkelanjutan masih membayangi.

Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis mempertahankan suku bunga acuan tertingginya sebesar 4%, tidak memberikan petunjuk bahwa para pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan pelonggaran kebijakan.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Setelah Naik Tinggi, Harga Minya WTI & Brent Hari Ini Turun Tipis

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts