Mantap! BRI Masuk Top 3 Asean Corporate Governance Scorecard

Jakarta, CNBC Indonesia– PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil meraih peringkat bergengsi dari Asean Corporate Governance Scored Card (ACGS) untuk perusahaan tercatat dengan memuncaki Top 3 Public Limited Company (PLCs) di Indonesia. Selain itu, BRI juga meraih penghargaan di kategori ASEAN Asset Class PLCs.

Read More

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, bahwa pencapaian tersebut merupakan bentuk komitmen perseroan meningkatkan kualitas penerapan good corporate governance (GCG). Hal ini juga tak terlepas dari peran dan kontribusi Insan BRILian atau pekerja BRI.

Menurutnya, sebagai BUMN dan perusahaan publik yang memiliki multi level stakeholder, BRI perlu memperkuat GCG untuk mewujudkan perusahaan yang transparan dan akuntabel.

“Dalam hal ini BRI senantiasa berusaha meningkatkan kualitas governance-nya. Adapun implementasi yang telah kami lakukan antara lain memastikan pemenuhan hak dan perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya,” jelasnya dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (3/2/2023).

Dia menjelaskan BRI menciptakan struktur board management yang akuntabel melalui penyusunan key performance indicator (KPI) dan selaras dengan kepentingan seluruh stakeholder. Selain itu, memperkuat kualitas rapat dan komite di tataran top management agar lebih efektif dan terarah, serta melakukan penambahan beberapa komite di jajaran direksi, seperti komite produk dan membentuk komite Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Hasilnya tercermin pada laporan keuangan hingga kuartal III-2022 yang menunjukan kinerja positif. Tercatat total aset BRI Group mencapai Rp 1.684,6 triliun dengan kredit yang mencapai Rp 1.111,5 triliun. Dari total portofolio kredit tersebut, sekitar 84,2% disalurkan ke segmen UMKM yang memang menjadi concern dan merupakan bisnis inti perseroan,” kata dia.

Sunarso melanjutkan, torehan kinerja itu merupakan upaya realisasi visi BRI menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia and Champion of Financial Inclusion pada 2025 mendatang. Oleh sebab itu, target penyaluran kredit kepada UMKM BRI minimal 85% dari total portofolio pada 2024.

Berkat penerapan GCG yang kuat itu, kata dia, masyarakat mempercayakan penyimpanan dananya di BRI yang mencapai Rp1.139,8 triliun. Dari total dana pihak ketiga tersebut, sebanyak 65,4% merupakan dana murah atau current account saving account (CASA).

BRI juga mampu mengelola Risk Management yang baik dengan NPL terjaga 3,09% dan cadangan yang cukup memadai mencapai 278,8%. Sehingga pada periode tersebut BRI membukukan laba Rp39,3 triliun.

Dengan demikian, lanjut Sunarso sejalan dengan dua visi besar BRI tersebut, penerapan GCG menjadi salah satu cara dalam menciptakan value perusahaan berkelanjutan bagi seluruh stakeholder. Sehingga BRI berkomitmen meningkatkan praktik GCG dan mendukung rencana serta strategi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mewujudkan pasar modal yang kuat.

Disisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi mengatakan, dalam peta jalan pasar modal Indonesia 2023-2027 penguatan tata kelola menjadi salah satu enabler yang mendukung visi dan misi pasar modal.

OJK memiliki target pengembangan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 15.000 triliun atau sekitar 70% terhadap PDB Indonesia pada 2027.

“Oleh karena itu kapasitas dan kualitas tata kelola khususnya bagi perusahaan tercatat di pasar modal diharapkan mampu memenuhi standarbest practicedi skala regional maupun internasional. Salah satu standar yang menjadi acuan penilaian tata kelola bagi korporasi di tingkat regional adalah ACGS,” ujar Inarno.

Sementara itu, Direktur Utama PT BEI Iman Rachman mengatakan tata kelola perusahaan yang baik, sebagaimana terlihat dari penilaian ACGS 2021 merupakan arahan top management dalam perusahaan yang membentuk kebijakan internal, disclosure informasi yang komprehensif, dan mudah diakses oleh publik.

“ACGS merupakan ajang internasional yang dinantikan oleh perusahaan tercatat di regional Asean. Oleh karena itu merupakan suatu kebanggaan bagi pasar modal Indonesia melihat pencapaian perusahaan pertama pada Asean Top 20 Public Listed Company atau PLC,” ujar Iman.

Dia berharap perusahaan tercatat Indonesia ke depan dapat terus menjaga performance serta penerapan GCG. Di samping itu, dapat meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar lebih kompetitif baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai informasi, ACGS merupakan gagasan yang diinisiasi Asean Capital Market Forum (ACMF). ACGS ditujukan untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik merupakan top prioritas Asean saat ini dengan penetapan standarisasi yang ketat.

ACGS pertama kali diluncurkan pada 2011 dan telah berkembang menjadi faktor pendorong untuk reformasi penerapan tata kelola perusahaan tercatat di negara-negara anggota ASEAN. Penilaian ACGS terhadap 100 perusahaan tercatat Indonesia untuk periode 2021 pun mengalami peningkatan. Di mana skor rata-rata negara naik sebesar 9,36% dari 70,8 pada 2019 menjadi 77,4 pada 2021.

Hasil penilaian ACGS telah digunakan oleh regulator, SRO, investor, fund manager, dan pemangku kepentingan lainnya sebagai salah satu referensi. Saat ini negara anggota Asean yang berpartisipasi dalam penilaian ACGS selain Indonesia adalah Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bos BRI Dinobatkan Jadi Tokoh Pembiayaan & Pemberdayaan UMKM

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts