Menanti Pertemuan BI, Seberapa Kuat Rupiah?


Jakarta, CNBC Indonesia – Gerak rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) tidak terlalu bergairah pekan lalu. Efek kemenangan Prabowo berdasarkan hasil hitung cepat tak cukup mendongkrak rupiah lantaran inflasi hingga pasar tenaga kerja AS masih panas, ditambah neraca dagang RI merosot.

Read More

Pekan ini, pelaku pasar bakal mengalihkan fokus pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Hal ini patut dicermati karena bisa berpengaruh bagi gerak mata uang Garuda.

Melansir dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0% di angka Rp15.615/US$ pada Jumat (16/2/2024). Posisi ini sama dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Sementara dalam basis mingguan rupiah terpantau menguat tipis 0,1%.

Rupiah yang hanya menguat tipis ini sangat kontras dengan  pasar saham RI yang bergerak lincah akibat Prabowo Effect. Tampaknya mata uang Garuda pekan lalu lebih merespon kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja AS yang masih panas, serta surplus neraca dagang RI yang menyusut.

Sebagaimana diketahui, pada pekan lalu Badan Pusat Statistik (BPS) AS merilis data inflasi periode Januari 2024.

Inflasi AS menembus 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Inflasi hanya melandai tipis dibandingkan Desember 2023 yang ada di angka 3,4%. Inflasi bahkan jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan di angka 2,9%.

Secara bulanan, inflasi bahkan meningkat 0,3% pada Januari 2024, dari 0,2% pada Desember 2023. Inflasi melonjak karena kenaikan harga di sektor perumahan dan makanan.

Inflasi inti yang tidak menghitung energi dan makanan mencapai 3,9% (yoy) pada Januari 2024 atau sama dengan Desember 2023.

Inflasi AS yang masih panas ini membuat pelaku pasar semakin pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga.

Hal tersebut juga semakin ditambah data pasar tenaga kerja yang masih panas. Di mana untuk pekan yang berakhir pada 10 Februari 2024 data klaim pengangguran malah turun ke 212.000, ini meleset dari perkiraan yang proyeksi tetap di 220.000.

Rupiah juga melemah karena angka neraca dagang yang tidak sesuai harapan. BPS merilis data neraca perdagangan beserta ekspor impor yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Sebelumnya konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.

Sementara itu BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 hanya surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Sementara impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).

Chief Economist BCA David Sumual menilai perlambatan surplus neraca dagang Januari 2024 sudah selaras dengan melambatnya demand global dan turunnya harga komoditas.

Angka yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi ini memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah mengingat perspektif investor khususnya investor asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik.

Lebih lanjut, ULN yang dirilis BI juga tercatat mengalami kenaikan pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$407,1 miliar atau Rp6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini tumbuh 2,7% (year on year/yoy) dan meningkat 1,54% dibandingkan bulan November 2024.

Beralih pada pekan, akan ada pertemuan BI yang diharapkan menjadi pendongkrak gerak rupiah. Menarik untuk dicermati bagaimana kebijakan terkait suku bunga dan tanggapan BI terkait ekonomi global, terutama dari AS yang masih panas, resesi beberapa negara seperti Jepang dan Inggris, dan lainnya.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah sudah mulai terkonsolidasi setelah beberapa hari menguat. Kini rupiah bergerak dalam rentang support terdekat di Rp15.580/US$ sampai dengan resistance Rp15.640/US$.

Sebagai informasi, posisi support tersebut didapatkan dari garis horizontal yang didasarkan pada low candle yang pernah diuji secara intraday pada 13 Februari 2024. Sementara resistance didapatkan dari garis rata-rata selama 200 jam atau Moving Average (MA200).




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Inflasi RI Melandai ke 2,61%, Bagaimana Efeknya ke Rupiah?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts