Mengekor Wall Street, Bursa Asia Dibuka Menghijau Lagi

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (17/10/2023), di tengah bergairahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin karena ditopang oleh positifnya kinerja keuangan emiten AS pada kuartal III-2023.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,22%, Hang Seng Hong Kong menanjak 0,86%, Shanghai Composite China naik tipis 0,07%, Straits Times Singapura menguat 0,42%, ASX 200 Australia bertambah 0,51%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,6%.

Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) akan mengumumkan risalah dan alasan RBA menahan suku bunga acuannya.

Risalah rapat RBA akan merinci alasan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 4,1% selama pertemuan kebijakan moneter Oktober, yang merupakan bulan keempat berturut-turut mereka mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street kemarin, yang juga ditutup menguat ditopang oleh positifnya kinerja keuangan emiten AS pada kuartal III-2023.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmelesat 0,93%, S&P 500 melonjak 1,06%, dan Nasdaq Composite melejit 1,2%.

Saham-saham teknologi menopang indeks Nasdaq kemarin. Saham teknologi seperti Intel, Microsoft, dan Cisco termasuk di antara saham di indeks Nasdaq yang memperoleh keuntungan terbesar pada Senin kemarin.

Sedangkan saham konsumen dan keuangan merupakan sektor dengan kinerja terbaik di indeks S&P 500 pada perdagangan awal pecan ini.

Musim laporan keuangan kuartal III-2023 mulai ramai minggu ini dengan 11% dari konstituen S&P 500 dijadwalkan untuk melaporkan hasilnya. Beberapa nama terkenal yang ikut serta minggu ini termasuk Johnson & Johnson, Bank of America, Netflix, dan Tesla.

Hasil tersebut mengikuti pembukaan yang solid pada periode pelaporan laporan keuangan kuartal III-2023.

Beberapa pelaku pasar di Wall Street bersiap menghadapi volatilitas yang lebih besar di akhir tahun karena imbal hasil (yield) dan harga minyak meningkat, inflasi tetap stabil, dan konflik pun terjadi di Timur Tengah.

Namun fokus pada laba dan apa yang akan dilakukan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terhadap suku bunga dapat memberikan optimisme kepada investor dalam jangka pendek, menurut analis Barclays, Ajay Rajadhyaksha.

“Kami memperkirakan obligasi/ekuitas akan diperdagangkan dalam rentang waktu dekat,” kata Rajadhyaksha dalam sebuah catatan kepada kliennya pada Senin, dikutip CNBC International.

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik pada Senin, sementara harga minyak merosot seiring investor menganalisis perkembangan terkini dari konflik Israel-Hamas.

Pada akhir pekan lalu, militer Israel terus mendesak warga untuk mengevakuasi Gaza utara di tengah invasi darat. Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, D-N.Y., mengatakan bahwa Senat akan berupaya untuk segera mendorong paket bantuan militer untuk membantu Israel dalam memerangi Hamas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Tunggu Pagu Utang AS, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts