Minim Sentimen, Bursa Asia Tetap Dibuka Menghijau Hari Ini


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka kompak menguat pada perdagangan Senin (29/1/2024), di mana pada pekan ini investor akan memantau rilis data ekonomi dan agenda penting seperti data inflasi dan keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menanjak 0,83%, Hang Seng Hong Kong melesat 1,03%, Shanghai Composite China naik tipis 0,08%, Straits Times Singapura menguat 0,15%, ASX 200 Australia bertambah 0,31%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,09%

Investor di Asia-Pasifik akan memantau beberapa rilis data ekonomi pada pekan ini seperti angka aktivitas pabrik China periode Januari dan angka inflasi kuartal IV-2023 Australia.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah bervariasinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupnaik 0,16%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berakhir melemah. S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi masing-masing 0,07% dan 0,36%.

Pada pekan ini, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menggelar pertemuan pertamanya di 2024 yakni pada Selasa dan Rabu waktu setempat serta hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pertemuan The Fed dan konferensi pers berikutnya dari Ketua Fed, Jerome Powell juga dapat mempengaruhi pasar. Beberapa investor sekarang menilai kembali ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini menyusul data ekonomi yang kuat dan pernyataan dari pejabat The Fed yang menunjukkan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak seagresif yang diharapkan.

Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya lagi pekan ini, tetapi para investor akan mencari tanda-tanda apakah bank sentral tersebut yakin bahwa pihaknya telah mencapai kemajuan yang cukup dalam upaya memerangi inflasi untuk mulai mengurangi biaya pinjaman secepatnya.

Pasar juga akan mencari tanda-tanda bahwa The Fed berencana melakukan perubahan pada program pengetatan kuantitatifnya, yang telah berkontribusi terhadap pengetatan kebijakan moneter dengan melemahkan likuiditas di pasar obligasi pemerintah (US Treasury).

Pada akhir pekan kemarin, data ketenagakerjaan AS mungkin harus berjalan baik untuk memuaskan investor. Penurunan tajam dalam lapangan kerja dapat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 525 basis poin yang diberikan oleh The Fed sejak tahun 2022 akhirnya mulai berdampak.

Sementara perekrutan tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dapat mendukung bank sentral untuk mempertahankan kenaikan suku bunga guna mencegah hal tersebut.

Saat ini, bukti kekuatan ekonomi telah mengejutkan investor dalam beberapa pekan terakhir. Pertumbuhan AS lebih kuat dari perkiraan pada kuartal keempat, data menunjukkan awal pekan ini, karena perekonomian mengabaikan prediksi resesi dengan tumbuh 2,5% pada tahun 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts