Nah Lho! The Fed Diprediksi Tetap Agresif, Wall Street Jeblok

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street jeblok di awal perdagangan Kamis (19/1/2023) waktu setempat. Bank sentral AS (The Fed) yang diprediksi tetap agresif meski inflasi sudah mulai menurun membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Read More

Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing merosot 0,7%, Nasdaq minus 0,8%.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.

Sebelumnya, Institute for Supply Management (ISM) awal bulan ini melaporkan sektor jasa Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.

ISM melaporkan purchasing managers’ index (PMI) jasa turun menjadi 49,6 jauh dari bulan sebelumnya 56,5. Angka di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.

Kontraksi tersebut menjadi tanda gelapnya perekonomian AS pada 2023, resesi sudah membayangi. Untuk diketahui sektor jasa merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.

Meski demikian CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengatakan suku bunga The Fed masih akan di atas 5%.

“Saya pikir ada banyak underlyling inflasi yang tidak akan bisa menurun dengan cepat,” kata Dimon dalam acara “Squawk Box” CNBC International dari World Economic Forum di Davos Swiss.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada 1 Februari waktu setempat, dan pasar melihat kenaikan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% – 4,75%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


ECB Jadi Naikin Suku Bunga 75 bps, Wall Street Malah Flat

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts