Pak Jokowi, Asing Kabur dari Pasar RI, Bawa Duit Rp 7,5 T

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah investor asing ternyata keluar dari pasar keuangan Indonesia di awal September 2023 ini. Data Bank Indonesia yang dirilis pada Jumat (8/9/2023), mencatat investor asing di pasar uang domestik melakukan penjualan Rp 7,57 triliun.

Read More

Penjualan itu terdiri dari jual neto Rp 7,06 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan jual neto Rp 0,50 triliun di pasar saham.

“Berdasarkan data transaksi 4-7 September 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 7,57 triliun, terdiri dari jual neto Rp 7,06 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 0,50 triliun di pasar saham,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Jumat (8/9/2023).

Meskipun terjadi posisi jual di SBN maupun saham, BI mencatat sejak awal 2023 hingga 7 September 2023 investor asing melakukan pembelian neto Rp 84,74 triliun di pasar SBN, namun melakukan jual neto Rp 1,74 triliun di pasar saham.

Akumulasi transaksi tersebut membuat posisi premi Credit Default Swap Indonesia 5 tahun per 7 September 2023 sebesar 80,11 basis poin (bps), naik dibandingkan per 1 September 2023 sebesar 78,17 bps.

Adapun, sentimen pemberat pasar dalam negeri minggu ini dipengaruhi oleh memburuknya hubungan Amerika Serikat (AS)

China memperluas larangan penggunaan iPhone kepada pegawai pemerintah. Beijing sudah melarang penggunaan IPhone kepada pegawai pemerintah pusat.

Mereka memperluas aturan itu kepada pegawai ‘BUMN’ China serta lembaga negara.

“Pelaku pasar jelas tidak mengabaikan kabar dari China. Berita besar dari China jelas menjadi kabar yang buruk bagi pasar,” tutur Sahak Manuelian, analis dari Wedbush Securities, dikutip dari CNBC International.

Kebijakan pembatasan dari China bisa membuat hubungan AS dan Tiongkok kembali memanas dan menimbulkan risiko bagi pasar saham, terutama teknologi. Kondisi ini berpengaruh pada bursa saham di Asia.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur BI pada akhir Agustus lalu mengejutkan pasar. Bank sentral merilis instrumen baru yakni Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI). SRBI dianggap dapat menarik modal asing dan memperkuat nilai tukar rupiah.

Instrumen operasi moneter yang baru diterbitkan oleh BI ini dinilai merupakan instrumen yang pro-market atau pro-pasar. Instrumen ini rencananya akan dirilis pada 15 September 2023.

“Instrumen ini adalah instrumen pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (24/8/2023).

Dia pun menegaskan bahwa instrumen ini bisa memperdalam pasar valas dan bisa mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Apalagi dalam situasi sekarang di mana pasar keuangan tengah bergejolak akibat negara maju seperti Amerika Serikat (AS) masih berpeluang menaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun. Seluruh mata uang dunia alami tekanan hebat terhadap dolar AS.

Sebelum SRBI, BI sebenarnya sudah memiliki beberapa instrumen. Antara lain Transaksi Reverse Repurchase Agreement (Reverse Repo) Surat Berharga Negara atau RR SBN yang tujuannya adalah untuk menyerap likuiditas.

SRBI dinilai menarik karena memiliki karakteristik yang cukup unik, yaitu SRBI menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN), diterbitkan tanpa warkat, diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto, dapat dipindahtangankan dan dimiliki oleh penduduk atau bukan penduduk di pasar sekunder, serta suku bunga yang ditawarkan SRBI menggunakan variable rate tender.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tiba-tiba Asing Ramai-ramai Serbu RI, Ada Apa Nih?

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts