Pasar Cerah Pagi Ini, Bursa Asia Kompak Menguat


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Mayoritas bursa Asia-Pasifik cenderung kembali menguat pada perdagangan Jumat (8/3/2024), setelah komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak akan terlalu lama jika inflasi memberi sinyal dukungan.

Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Shanghai Composite China yang terpantau melemah pada pagi hari ini, yakni turun tipis 0,04%.

Sementara itu sisanya menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,51%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,38%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,4%, ASX 200 Australia menanjak 0,82%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,17%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,34%, S&P 500 melesat 1,03%, dan Nasdaq Composite berakhir melonjak 1,51%.

Saham teknologi informasi dan layanan komunikasi memimpin indeks S&P 500 ke rekor tersebut. Intel menjadi saham yang berkinerja terbaik di Dow dengan keuntungan lebih dari 3%.

Optimisme investor meningkat setelah bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menurunkan perkiraan inflasi dan pertumbuhan tahunan kemarin, meskipun bank tersebut juga mempertahankan suku bunga utama tetap stabil. Hal ini dapat dianggap sebagai sinyal positif terhadap inflasi internasional.

Pengumuman ECB muncul setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengatakan kepada Kongres pada Rabu lalu bahwa ia memperkirakan suku bunga akan turun tahun ini.

Meskipun Powell mengatakan bahwa The Fed belum siap untuk segera memulai pemotongan suku bunga, namun ia mengatakan kepada Komite Perbankan Senat pada Kamis kemarin bahwa The Fed memiliki kepercayaan yang dibutuhkan terhadap inflasi untuk memulai pemangkasan suku bunga.

Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat tetap khawatir agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai terhadap inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah yang telah ditetapkan.

“Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini,” kata Powell dalam komentarnya.

“Tetapi prospek perekonomian masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin,” tambah Powell.

Untuk diketahui, inflasi AS saat ini berada di angka 3,1% (year-on-year/yoy) atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yakni di angka 3,4% yoy. Kendati melandai, namun inflasi AS ini berada di atas ekspektasi pasar yang berada di angka 2,9% yoy.

Meskipun belum ada jawaban pasti kapan tepatnya suku bunga akan dipangkas, tapi asa investor mengenai pemangkasan akan terjadi tahun ini menjadi lebih terang.

Menurut perangkat FedWatch, pasar melihat pemangkasan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024 ke target 5%-5,25%. Turun 25 basis poin (bp) dari target suku bunga saat ini 5,25%-5,5%.

Hingga akhir tahun ini, pasar memperkirakan suku bunga The Fed akan turun hingga ke target 4%-4,25% atau turun 125 bp dari saat ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts