Pasar Mulai Optimis Lagi, Bursa Asia Dibuka Cerah Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cerah bergairah pada perdagangan Jumat (15/9/2023), jelang rilis beberapa data ekonomi di China yang dapat memberikan petunjuk mengenai arah perekonomian negara itu.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menanjak 0,82%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,59%, Shanghai Composite China naik tipis 0,09%, Straits Times Singapura bertambah 0,76%, ASX 200 Australia melejit 1,58%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,9%.

Pada hari ini, beberapa data ekonomi di China akan dirilis seperti data penjualan ritel, data output industri, dan data tingkat pengangguran.

Masih dari China, pemerintah berencana kembali memberikan stimulus untuk menggairahkan kembali beberapa sektor demi menopang perekonomian, terutama sektor properti.

Stimulus diberikan kepada sektor properti untuk meningkatkan permintaan sektor properti yang terpantau masih lesu karena skandal Evergrande dan perlambatan ekonomi.

Sektor properti menyumbang sekitar 30% dari Produk Domestik Bruto (PDB) China, sehingga pemangkasan bunga hingga uang muka pembelian rumah bagi warga Tiongkok diharapkan bisa mendongkrak sektor lain.

Terbaru, stimulus juga semakin digencarkan dengan aksi bank sentral China (People’s Bank of China/PBOC) yang memangkas jumlah rasio cadangan perbankan (RRR) untuk kedua kalinya pada tahun ini.

PBoC menurunkan rasio cadangan perbankan sebesar 25 bps menjadi 7,4%, penurunan akan berlaku mulai hari ini. Langkah ini dilakukan untuk membantu bank-bank bisa menstimulasi ekonomi yang melambat.

“Pemangkasan ini akan membantu mempertahankan likuiditas yang cukup memadai”di sistem perbankan,” ungkap PBoC dalam pernyataan resminya.

China adalah motor utama penggerak ekonomi Asia. Dengan perbaikan ekonomi China maka dampak positifnya akan menjalar ke berbagai sektor mulai dari pasar keuangan, investasi sektor riil, hingga perdagangan, terutama di kawasan Asia.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bergairah menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang juga ditutup bergairah seiring optimisnya investor.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,96%, S&P 500 menanjak 0,84%, dan Nasdaq Composite menguat 0,81%.

Wall Street yang menghijau merupakan respon pasar yang menilai kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang bakal menahan suku bunga pada pertemuan pekan depan.

Salah satu alasannya adalah inflasi inti AS (Core CPI) yang rilis kemarin untuk periode Agustus 2023 sudah sesuai ekspektasi. Tak hanya itu, Core PPI untuk periode yang sama rilis malam ini hasilnya sesuai ekspektasi tumbuh 2,2% secara tahunan (year-on-year/yoy)

Inflasi inti menjadi satu pertimbangan paling penting bagi The Fed karena merupakan ukuran yang paling murni dibandingkan inflasi secara umum.

Selain itu, proyeksi AS mengalami resesi juga sudah semakin turun, bahkan beberapa pengamat mempertimbangkan kondisi AS bisa menghindari resesi di tengah era suku bunga tinggi.

Melansir dari poling Reuters menunjukkan peluang resesi AS pada 2023 semakin melandai. AS diperkirakan hanya akan menghadapi mild recession. Menurut Reuters, peluang AS terjadi resesi 2023 yang diukur pada Oktober tahun lalu berada di angka 70%, tetapi pada Agustus tahun ini proyeksi nya hanya 40%.

Dengan alasan kondisi resesi yang bisa ditekan tidak terlalu serta inflasi inti yang melandai sesuai ekspektasi, maka pasar menilai The Fed sudah memungkinkan untuk mulai menahan suku bunga pada pertemuan pekan depan.

Hal ini juga semakin didukung dengan perhitungan peluang The Fed menahan suku bunga mencapai 97%, menurut perangkat CME Fedwatch.

Kendati demikian, dinamika pasar juga masih potensi bergerak volatil mengingat beberapa data ekonomi dan tenaga kerja di AS yang dirilis baru-baru ini tak begitu sesuai ekspektasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts