Pasca Bagi Dividen, Valuasi Saham BBNI Masih Menarik! Ini Alasannya


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini sudah memasuki periode pembagian dividen periode tahun buku 2023 yang dimotori oleh sejumlah bank besar. Dengan besarnya dividen yield yang dibagikan, tak heran sejumlah bank sempat menyentuh rekor harga saham tertinggi sepanjang massa atau all time high jelang cum date dividen.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencetak rekor ATH pada Rp6.400 pada Rabu (13/3/2024) lalu, yang merupakan hari cum date dividen. Pada hari yang sama saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mencetak rekor ATH di Rp6.250.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencetak ATH pada Rabu (13/3/2024). Berselang dua hari kemudian atau Jumat (15/3/2024) giliran PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menembus rekor Rp7.500.

Namun setelah melewati masa cum date, saham saham perbankan bergerak sideways dan cenderung konsolidasi. Faktor utama jelas adalah hak untuk mendapatkan dividen sudah dilewati, meskipun pembayaran dividen belum dilakukan.

Lalu apakah saat ini waktu yang tepat untuk masuk ke saham bank? Fase koreksi merupakan saat yang tepat untuk mulai masuk ke saham bank besar. Namun, hal ini tergantung masa investasi masing-masing investor. Apabila untuk jangka panjang, tak ada salahnya untuk mulai membeli.

Apalagi bila valuasi dari bank tersebut cenderung murah. Dari keempat bank besar ini, ada satu bank yang valuasi termurah di antara peers atau kelompoknya. Bank tersebut adalah BBNI yang memiliki PBV sekitar 1,5x. Sementara bank besar lainnya sudah di atas 2x bahkan 4x.

PBV saham adalah rasio harga terhadap nilai buku yang digunakan untuk mengetahui harga sebuah saham. Rasio ini menggambarkan apakah harga suatu saham masuk dalam kategori murah (undervalued) atau mahal (overvalued). Semakin rendah PBV maka saham tersebut cenderung masih murah dan sebaliknya.

Bukan hanya memiliki valuasi murah, BBNI juga tercatat konsisten dalam meningkatkan rasio pembagian dividennya, dengan dividend payout ratio sebesar 50% untuk tahun buku 2023, meningkat dari 40% di tahun 2022 dan 25% di tahun-tahun sebelumnya.

Keuntungan yang akan diberikan kepada investor pemegang saham bank BUMN ini setara dengan Rp 10,45 triliun atau sekitar Rp 280,49 per lembar saham. Adapun dividen yield dari BBNI mencapai 4,77% bila dihitung pada saat pengumuman dividen pada RUPS Tahunan 4 Maret 2024 lalu.

Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Handy Noverdanius merekomendasikan untuk melakukan buy untuk saham BBNI dengan target harga sebesar Rp 6.750 per saham (1.46x FY25F PBV). Hal ini berdasarkan pada likuiditas yang lebih baik yang akan mengangkat margin dan pertumbuhan kredit yang lebih kuat dari perkiraan.

“Downside risk: persaingan ketat dalam pendanaan yang akan memberi tekanan pada margin dan pertumbuhan kredit yang lebih lambat dari perkiraan,” tegasnya.

Selanjutnya, Analis James Stanley Widjaja dari Buana Capital juga mengatakan hal yang sama. James merekomendasikan untuk aksi beli selama 12 bulan ke depan dengan target harga Rp 6.600 per saham. Meski begitu, menurutnya ada risiko yang harus tetap diwaspadai untuk aksi beli ini.

“Risiko-risiko utama mencakup lemahnya pertumbuhan pinjaman, lemahnya perbaikan CoC dan kompresi NIM akibat ketatnya likuiditas,” imbuhnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Laba BBNI 9M-2023 Tembus Rp15,75 Triliun, Naik 15%

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts