Pasokan Minyak AS Meningkat, Harga Minyak Bergejolak


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah kompak bergerak lebih tinggi pada awal perdagangan hari ini setelah cenderung melemah pada perdagangan sebelumnya karena pasar mempertimbangkan permintaan China dan peningkatan pasokan minyak di Amerika Utara.

Pada awal perdagangan hari ini Jumat (8/3/2024), harga minyak mentah WTI bergerak menguat 0,73% di posisi US$79,51 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent bergerak lebih tinggi atau naik 0,29% di posisi US$83,20 per barel.

Pada perdagangan Kamis (7/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melemah 0,25% di posisi US$78,93 per barel, sementara harga minyak mentah brent bergerak stagnan di posisi US$82,96 per barel.

Harga minyak sedikit berubah pada perdagangan Kamis karena pasar mempertimbangkan data ekonomi baru dari China terhadap peningkatan pasokan dari belahan barat.

Sementara itu, pertumbuhan impor dan ekspor China melampaui perkiraan, menunjukkan bahwa perdagangan global mulai menunjukkan sinyal positif bagi para pembuat kebijakan ketika mereka mencoba untuk menopang pemulihan ekonomi.

Namun bahkan ketika China membukukan kenaikan impor minyak mentah sebesar 5,1% selama bulan-bulan pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, impor secara keseluruhan telah menurun, melanjutkan tren melemahnya pembelian oleh pembeli terbesar dunia.

“Jumlah impor turun secara signifikan karena mereka tidak bersedia membayar harga penuh untuk minyak,” ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. Kurangnya permintaan China gagal mengesankan pasar, tambahnya.

Pasar minyak global memiliki pasokan yang relatif baik dengan pertumbuhan permintaan yang melambat dan pasokan yang meningkat dari Amerika, kepala divisi pasar dan industri minyak Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis.

Persediaan minyak di AS naik minggu lalu selama enam minggu berturut-turut.

“Pasar terus tertekan karena kekhawatiran permintaan di China, di satu sisi, dan peningkatan pasokan dari Belahan Barat,” ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Pasar bersiap untuk kemungkinan bahwa The Federal Reserve (The Fed) dapat menunda penurunan suku bunga AS yang pertama hingga paruh kedua tahun ini, yang akan mendorong kenaikan dolar.

Penguatan greenback mengurangi permintaan minyak dalam mata uang dolar di kalangan pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Pada hari Rabu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya tahun ini. Pada hari Kamis, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 4,0% seperti yang diharapkan.

Konsumsi bahan bakar di India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, naik 5,7% secara tahunan di bulan Februari, dibantu oleh aktivitas pabrik yang kuat.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Stok Minyak AS Anjlok, Harga Minyak Dunia Kembali Bergejolak

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts