Pelaku Pasar Tunggu Rilis Data Inflasi AS, Rupiah Merana Lagi


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Mata uang rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa (12/12/2023), di mana investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode November 2023 nanti malam waktu Indonesia.

Dilansir dariĀ Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp 15.615/US$ atau melemah 0,03%. Rupiah melanjutkan pelemahan yang sudah terjadi sejak Senin kemarin.

Koreksi rupiah terjadi meski indeks dolar AS cenderung melandai. Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.08 WIB terkoreksi 0,2% menjadi 103,89. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Senin kemarin yang berada di angka 104,1.


Rupiah yang kembali terkoreksi karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi AS periode November 2023 nanti malam waktu Indonesia.

Negeri Paman Sam akan merilis data inflasi dan inflasi inti untuk November 2023. Konsensus berekspektasi bahwa inflasi inti akan tetap di angka 4% (year-on-year/yoy) pada November. Sedangkan inflasi umum akan sedikit melandai ke angka 3,1% yoy, melandai dibandingkan periode Oktober di angka 3,2% yoy.

Namun, perlu dicatat inflasi yang akan rilis malam ini digadang menjadi data terakhir yang bakal menentukan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan Rabu pekan ini, setelah sebelumnya ada perubahan data pasar tenaga kerja yang masih panas pada November.

Sebagaimana diketahui, laporanpenggajian non-pertanian (non-farm payrolls/NFP)atau pekerjaan yang tercatat selain sektor pertanian periode November 2023 tidak terduga bertambah 199.000. Nilai tersebut lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan melampaui penambahan pekerjaan pada bulan sebelumnya sebanyak 150.000.

Peningkatan jumlah pekerjaan juga disertai penurunan tingkat pengangguran pada November menjadi 3,7%, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,9%.

Kombinasi dua data tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian sedang berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin untuk membuat The Fed mulai menarik kembali kebijakan suku bunga tingginya.

Oleh karena itu, data inflasi kali ini sangat penting untuk melengkapi data pasar tenaga kerja tersebut. Jika inflasi melandai sesuai perkiraan, maka The Fed bisa menetapkan kebijakan moneter yang melunak.

Sebagian besar pelaku pasar pada pertemuan akhir tahun ini juga meyakini bahwa the Fed akan menahan suku bunga. Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan The Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, mencapai lebih dari 95%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts