Pemilik Sawit Full Senyum,CPO Tembus MYR 4.000 per Ton

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange pekan ini terpantau mencatatkan kinerja cemerlang. Sepekan harganya menguat 2,67%. Dengan ini sudah empat pekan beruntun CPO berakhir menguat.

Read More

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (21/7/2023) harga CPO berakhir melemah 0,27% ke posisi MYR 4.035 per ton. Meski melemah, harga CPO mampu bertahan pasca menembus level psikologis MYR 4.000 per ton. Dengan ini sepanjang Juni harga CPO tercatat menguat 23%, namun masih mengalami koreksi tipis 4,3% sejak awal tahun.

Pekan ini, harga CPO tercatat dua kali menguat dan dua kali mengalami koreksi. Memang, pekan ini pergerakannya cenderung bervariasi dan labil menentukan arahnya.

“>

Sentimen yang mempengaruhi pergerakannya pekan ini memang cukup beragam. Ada dari sisi produksi, ekspor, perkiraan persediaan, dan kebijakan minyak nabati berbagai negara.

Kabar terbaru yang mendorong kenaikan harga CPO dipicu oleh penarikan Rusia dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitamyang meningkatkan kekhawatiran atas pasokan minyak nabati dari wilayah tersebut.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina mempengaruhi momentum bullish harga minyak nabati dunia, kata Anilkumar Bagani, kepala riset broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.

Rusia memperingatkan bahwa mulai hari Kamis setiap kapal yang berlayar ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap berpotensi membawa kargo militer, karena Kyiv menuduh Moskow melakukan serangan semalam yang merusak infrastruktur ekspor biji-bijian.

Pergerakan harga minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh minyak nabatilainnya, karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar global.

Impor minyak bunga matahari India kemungkinan akan turun dalam beberapa bulan mendatang karena menjadi tidak kompetitif terhadap minyak saingan karena kenaikan harga, setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, kata pejabat industri kepada Reuters.

Hal ini tercermin dari data cargo surveyor Intertek Testing Services yang menunjukkan ekspor minyak sawit Malaysia selama 1-20 Juli naik 19% dari bulan sebelumnya. Sementara, Surveyor kargo lainnya, AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor dari produsen terbesar kedua dunia naik 10,1% selama periode yang sama.

Malaysia juga telah mempertahankan pajak ekspor Agustus untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menaikkan harga acuannya, sebuah surat edaran di situs Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan pada Jumat.

Di saat yang sama, produsen utama Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit mentah (CPO) lebih tinggi padaUS$791,02 per metrik ton untuk periode 16-31 Juli, kata pejabat senior kementerian ekonomi Musdhalifah Machmud pada Rabu (13/7/2023), Hal ini membuatnya kurang kompetitif terhadap minyak sawit Malaysia.

Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengubah peraturan yang mewajibkan eksportir minyak sawit menjual sebagian dari produksi mereka ke pasar domestik, kata seorang pejabat senior pada hari Senin, mengingat Indonesia bersiap untuk implementasi penuh program B35 secara nasional.

Eksportir saat ini hanya dapat mengirimkan minyak sawit empat kali lipat dari jumlah yang mereka jual ke dalam negeri. Mulai 1 Agustus, Indonesia akan menerapkan sepenuhnya mandat untuk memiliki campuran minyak sawit 35% dalam biodiesel, yang disebut program B35.

Di sisi lain, kekhawatiran juga datang dari ekonomi China. Wajar saja, inflasi China yang menyentuh 0% pada bulan Juni menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya deflasi ke depan.Namun, PDB China yang masih bertumbuh 6,3% menjadi sentimen masih tingginya permintaan CPO.

Perencana ekonomi top China, konsumen minyak sawit terbesar ketiga, berjanji bahwa mereka akan meluncurkan kebijakan untuk “memulihkan dan memperluas” perekonomian untuk memperkuat daya beli konsumen.

Di sisi lain, sentimen negatif datang dari produksi kedelai AS sebagai substitusi sawit yang tercatat tertinggi sepanjang masa.Hal ini sejalan dengan tingginya permintaan kedelai yang tercermin dari harganya yang sempat menyentuh US$70 (13/7) tertinggi sepanjang 2023, menurut data Investing.com.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bingung! Dihujani Sentimen Negatif, Harga CPO Malah Naik

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts