Pengembangan Ekosistem EV Masih Banyak Kendala! Kenapa?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Keseriusan pemerintah Indonesia untuk mengalihkan penggunaan energi fosil menuju ke energi yang lebih ramah lingkungan terus dilakukan. Salah satunya lewat pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vechicle (EV).

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengungkap bahwa EV menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mendorong transisi energi. Namun untuk usaha ini pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Butuh kolaborasi atau kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan pihak swasta.

Pasalnya kata Kartika, untuk mendorong transisi energi dibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

“Ekosistem baterai yang kita bangun butuh pendanaan skala besar. Termasuk pembangunan upstream, smelter dan sebagainya,” ujar Kartika dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema “Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global”, Jumat, (22/12/2023).

Selain itu lanjut Kartika tangangan yang lain adalah bagaimana mendorong dari sisi peningkatan permintaan dan juga pembiayaan perbankan yang bisa memudahkan masyarakat memiliki kendaraan listrik.

Karena ia melihat hal ini akan menjadi sebuah ekosistem yang besar dan perlu dirancang dengan berbagai skema agar tercapai tujuan transisi energi bisa dicapai dengan mudah.

“Kita terus dorong termasuk pembiayaan. Bagaimana bank membiayai pembelian motor dan mobil listrik dengan skema yang bisa mendorong masyarakat konversi ke mobil listrik,” pungkas Kartika.

Seperti diketahui, permintaan mobil listrik sampai sejauh ini masih minim di Indonesia meski sudah ada insentif dari pemerintah lewat bantuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 1% dari 11%.

Setidaknya ada beberapa alasan masyarakat masih ogah untuk membeli mobil listrik. Pertama, karena keterbatasan model yang membuat masyarakat tidak memiliki banyak pilihan model mobil listrik. Kedua, harga mobil listrik yang dijual di Indonesia masih terhitung mahal. Dan yang terakhir, adalah karena infrastruktur yang masih belum lengkap di dalam negeri.

[Gambas:Video CNBC]

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts