Pertumbuhan DPK Kritis, Ini Strategi Perbankan Rebutan Dana Murah


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) kembali lesu pada kuartal III-2023. Tercatat, DPK yang dihimpun bank hanya naik 3,8% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.234,2 triliun per Desember 2023.

Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak 1999 atau kala krisis moneter menghantui ekonomi negara kawasan Asia. Pada tahun 1999 tersebut juga merupakan catatan terakhir kali DPK terkontraksi kala ramai-ramai nasabah melakukan aksi tarik dana (bank run) karena kondisi ekonomi tidak menentu.

Meski demikian, saat ini kondisi ekonomi RI sudah jauh lebih tangguh. Namun, tetap saja rendahnya DPK bisa berdampak kepada kemampuan bank dalam menyalurkan kredit ke depan. 

Pertumbuhan DPK yang melambat saat ini diikuti dengan meningkatnya suku bunga simpanan berjangka pada tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, masing-masing sebesar 4,71%; 5,26%; 5,52%; dan 5,74% pada Desember 2023. Di sisi lain, suku bunga simpanan berjangka tenor 24 bulan pada Desember 2023 sebesar 4,16%, menurun dibandingkan November 2023 sebesar 5,40%.

Hal ini menunjukkan bahwa perbankan tengah memperebutkan dana masyarakat. Terlebih di era suku bunga tinggi yang diperkirakan masih akan berlanjut lebih lama lagi.

Perbankan pun mengakui bahwa suku bunga acuan tinggi berpengaruh pada peningkatan biaya untuk penghimpunan dana atau cosf of fund (CoF).

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengakui pihaknya mencatatkan pertumbuhan DPK yang terbilang rendah. Namun, biaya murah atau current account saving account (CASA) di CIMB Niaga dapat tumbuh lebih tinggi.

“Tahun lalu memang berat untuk pertumbuhan DPK karen mahalnya cost of fund. Kami juga tumbuh hanya 4% tetapi CASA di sekitar 4,5%. Tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan DPK yang jauh lebih agresif,” ujar Lani kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/1/2024).

Dengan adanya ekspektasi bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dapat diturunkan di paruh kedua tahun ini, CIMB Niaga berharap tekanan dana mahal bisa berkurang.

Untuk strategi menghimpun DPK tahun ini, Lani mengatakan pihaknya tetap fokus menghimpun CASA. Itu berasal dari payroll, operating account, cash management, dan ecosystem termasuk digital.

Senada, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) juga berupaya menghimpun DPK dengan meningkatkan CASA. Hal itu sebagai upaya untuk menjaga neraca PermataBank dan menjaga CoF.

“PermataBank terus fokus dalam meningkatkan pendanaan yang stabil dan murah dalam bentuk Giro dan Tabungan (CASA) sebagai salah satu strategi mengoptimalkan komposisi neraca Bank dan menjaga cost of fund di tengah tantangan kompresi margin di industri perbankan Indonesia,” kata Direktur Keuangan PermataBank Rudy Basyir Ahmad kepad CNBC Indonesia, Kamis (25/1/2024).

Sementara itu, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) menyatakan telah berhasil mencatatkan pertumbuhan DPK yang jauh di atas rata-rata industri, yakni 10% pada kuartal IV-2023. OK Bank pun tetap menyiapkan berbagai strategi untuk menghimpun dana masyarakat untuk tahun ini.

Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah memaparkan caranya dengan memperkenalkan produk funding baru, meningkatkan feature digital platform terkait funding yang pihaknya punya saat ini, cross-selling dengan produk-produk bank lainnya.

“Sehubungan dengan tingkat suku bunga DPK akan dipengaruhi oleh kondisi aktual market dan kondisi likuiditas bank,” ujar Efdinal saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


DPK Perbankan Melambat, Ini Cara Panin Serap Dana Masyarakat

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts