PGEO Konsisten Dorong Keberlanjutan, Ini Buktinya!


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) meyakini bahwa kehidupan di masa depan, tidak boleh merugikan manusia apalagi alam. Oleh karena itu, PGEO mendorong bisnis yang berkelanjutan dengan mengimplementasi praktik Environment, Social and Governance (ESG).

Ditambah lagi, PGEO merupakan bagian dari Subholding Pertamina yang mendukung percepatan transisi energi berkelanjutan. Oleh karena itu, PGEO menginisiasi proyek percontohan peningkatan kapasitas terpasang panas bumi, melalui penerapan teknologi Binary dengan membangun Binary Unit di Lahendong, Kota Tomohon, Sulawesi Utara untuk menghasilkan potensi tambahan kapasitas listrik hingga 25 MW. Teknologi ini penting demi mempersiapkan panas bumi sebagai base load energi baru terbarukan di Indonesia.

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi mengatakan, dalam menjalankan bisnis, PGE berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi ESG menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Tidak berhenti di situ, pada tahun 2024 mendatang PGEO juga memiliki potensi pengurangan emisi hingga 581.784 tCO2eq/tahun dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Muara Enim, Sumatera Selatan.

Julfi menambahkan, pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 ini akan menambah kapasitas sebesar 55 MW untuk Area Lumut Balai, sehingga total menjadi 110 MW.

Dia mengatakan, Pertamina Geothermal Energy menargetkan mampu miliki kapasitas terpasang pembangkit listrik “hijau” hingga 1 GW.

“Langkah ini dilakukan untuk mendukung pemerintah mencapai target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025, serta Net Zero Emissions (NZE) 2060. Dengan dilakukannya groundbreaking ini, maka perusahaan akan mengakselerasi pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 ke tahap selanjutnya, yaitu desain engineering, pengeboran pondasi Fluid Collection and Reinjection System (FCRS), serta persiapan jalur transmisi,” ungkap Julfi saat peletakan batu pertama PLTP Lumut Balai 2, Selasa (19/12/2023).

Bukan cuma itu, keseriusan PGE dalam aspek ESG salah satunya sudah diimplementasikan di area Lahendong, Sulawesi Utara. Pada area ini, kata dia, PGE membangun Sistem Ekonomi Sirkular Mapalus Tumompaso.

Program ini telah mengedukasi lebih dari 1.400 warga setempat melalui program Usaha Desa Wisata (SADEWI), Kelompok Usaha Bersama Mandiri dan Berdaya Maria (KUBEMADA), Usaha Ternak dengan Energi Terbarukan, dan Bank Sampah Setor Jo.

“Sistem Ekonomi Sirkular Mapalus Tumompaso juga telah memberdayakan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan sampingan dan meningkatkan perekonomian daerah,” katanya.

Lebih lanjut Julfi mengatakan praktik ESG lainnya juga sudah diterapkan melalui program Kamojang Green Living Ecosystem (KANG ELIE) di area Kamojang, Jawa Barat. Program ini, kata Julfi, merupakan inovasi ekosistem pemberdayaan masyarakat berwawasan lingkungan dengan tiga value utama yaitu green lifestyle, sustainability, dan resilience.

“KANG ELIE telah berhasil meraih penghargaan Gold Champion untuk kategori Economy Element dalam ajang Bisnis Indonesia Social Responsibility Awards (BISRA) 2023,” tuturnya.

Semua program ESG yang telah dijalankan tersebut, kata Julfi, menjadi dedikasi dari PGE untuk memajukan agenda keberlanjutan, dengan inisiatif yang sedang berjalan dan yang akan datang.

“Semuanya bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja ESG dan memberikan nilai manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Untuk diketahui, implementasi ESG oleh PGEO ini dinilai telah memberikan nilai manfaat nyata. Apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk skor 8.4 yang mengindikasikan kategori negligible risk dari lembaga ESG rating global Sustainalytics pada Selasa (14/11). Kategori yang didapatkan PGE ini mengindikasikan Perseroan berhasil mengeliminasi risiko ESG sepenuhnya.

Capaian luar biasa ini menjadikan Perseroan sebagai perusahaan utilitas yang menduduki peringkat tertinggi dalam skor ESG di Indonesia dan ketiga di tingkat global.

Penilaian ESG dari Sustainalytics ini menjadi penilaian ESG perdana bagi Perseroan setelah menjadi perusahaan publik dengan mempertimbangkan aspek lingkungan (environment), sosial (social), tata kelola (governance), dan tata kelola perusahaan (corporate governance).

Ke depan, selain Lumut Balai Unit 2, Pertamina Geothermal Energy juga tengah mengembangkan proyek panas bumi lainnya guna mencapai target menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang. Proyek tersebut antara lain Hululais (Unit 1 dan 2) sebesar 110 MW serta optimalisasi teknologi binary di area-area existing.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham PGEO Ngacir Terus, Sejak IPO Sudah Melejit 58%

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts