Powell Beri Kabar Bahagia Buat RI, Dolar Turun ke Rp15.650


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah ketua bank sentral AS (The Fed) mempertegas potensi penurunan suku bunganya di tahun ini. Alhasil hal ini memberikan angin segar bagi mata uang Garuda.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,29% di angka Rp15.650/US$. Penguatan ini terjadi dalam dua hari beruntun di mana kemarin (7/3/2024) menguat sebesar 0,44%.

Sementara DXY pada pukul 15:57 WIB naik ke angka 103,27 atau melemah 0,09%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,37.

Pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell kemarin ditengarai menjadi pendorong penguatan rupiah hari ini.

Powell mengungkapkan bahwa ia memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini, namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

Kendati belum dapat dipastikan waktunya serta berapa besar suku bunga The Fed dipangkas, namun hal ini sudah direspon oleh pergerakan DXY yang melemah dan diikuti dengan apresiasi mata uang Garuda.

Powell dalam pidatonya mengatakan bahwa jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini

Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat tetap khawatir agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai terhadap inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah yang telah ditetapkan.

“Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini,” kata Powell dalam komentarnya. “Tetapi prospek perekonomian masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin.”

Untuk diketahui, inflasi AS saat ini berada di angka 3,1% year on year/yoy atau 1,1 percentage point lebih tinggi dibandingkan target 2%.

Lebih lanjut, Powell pun menegaskan bahwa penurunan yang tergesa-gesa akan berisiko kalah melawan inflasi. Dengan kata lain inflasi AS berpotensi kembali merangkak naik jika waktunya tidak tepat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Breaking! Kabar Buruk dari AS Bikin Rupiah Melorot 0,6%

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts