Rally 4 Hari, Saham Mitratel (MTEL) Melesat 7,87%

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) kembali ditutup menguat sebesar Rp 15 poin atau 2,24% ke Rp 685 pada perdagangan Senin (19/6). Dengan hasil tersebut, saham MTEL telah tercatat menguat selama 4 hari berturut-turut dan merupakan posisi tertinggi dalam sebulan terakhir.

Read More

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli yang massif mewarnai perdagangan saham MTEL pada hari ini. Saham MTEL diperdagangkan pada rentang Rp 670-Rp 695, dengan volume mencapai 76,7 juta saham senilai Rp 52,19 miliar.

Nilai transaksi perdagangan MTEL pun jauh melampaui emiten sejenis pada hari yang sama. Hal ini menunjukkan tingginya minat investor ritel terhadap raja menara ini. Sebagai pembanding, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) hanya membukukan transaksi Rp 15,29 miliar, sementara PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) lebih rendah lagi, hanya mencatatkan turnover Rp 7 miliar.

Jika ditarik ke posisi pekan lalu, saham MTEL telah menguat selama 4 hari berturut-berturut, setara dengan kenaikan 7,87%. Dengan penutupan di Rp 685, harga saham MTEL menyentuh harga tertinggi sejak 3 Mei 2023.

Saham anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini menjadi objek buruan investor karena level harga saat ini jauh berada di bawah harga IPO yakni Rp 800. Maka itu, harga saham saat ini dianggap belum mencerminkan fundamental dan kinerja, sehingga investor tergerak melakukan akumulasi mumpung saham sedang berada dalam kondisi “salah harga”.

Sebelumnya, Analis PT BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, mengatakan dengan jumlah menara terbanyak di Indonesia, Mitratel memiliki keunggulan kompetitif untuk menarik minat operator telekomunikasi (mobile network operator/MNO) dalam penyewaan menara. Mitratel memiliki 36.439 menara pada akhir Kuartal I-2023 dan memiliki pangsa pasar 45% di industri tower nasional.

“Selain ada menara di luar Pulau Jawa, ketersediaan dan sebaran menara Mitratel yang masif di Pulau Jawa merupakan competitive advantage yang menarik minat operator telekomunikasi untuk menyewa menara dengan skema kemitraan kolokasi yang menguntungkan perusahaan operator telekomunikasi untuk ekspansi jaringan 5G terutama di kota-kota besar,” ujar Niko, belum lama ini.

Dia memproyeksi ekspansi yang dilakukan oleh Mitratel akan mendorong pertumbuhan pendapatan, laba bersih dan EBITDA Mitratel di atas 10% pada 2023 ini. “Potensi pertumbuhan pendapatan didukung permintaan sewa tower dari operator Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren di kuartal II hingga kuartal IV tahun ini. Pertumbuhan finansial akan menjadi katalis positif terhadap harga saham yang ditargetkan,” jelas Niko.

Dia juga membedah beberapa potensi bisnis baru dari Mitratel seperti fiberisasi dan layanan Power to The Tower yang menyediakan pengelolaan sumber energi listrik ke tower yang tersambung jaringan listrik PLN (on grid) dan yang belum tersedia listrik (off grid).

“Sehingga, layanan ini memudahkan ekspansi operator telekomunikasi menggunakan energi terbarukan serta menjadi sumber revenue tambahan untuk Mitratel,” kata Niko menjabarkan.

Mitratel juga memiliki portofolio bisnis lain terkait menara (Tower Related Business) yang mencatatkan pendapatan senilai Rp128 miliar per Maret 2023. Portofolio ini antara lain menyediakan layanan manajemen infrastruktur telekomunikasi dan non telekomunikasi (Managed Service) dan Project Solution.

Pertumbuhan bisnis Mitratel juga didorong oleh ekspansi portofolio fiber termasuk akuisisi fiber optic. Ekosistem infrastruktur digital di portofolio Mitratel mendukung ekspansi bisnis para pelanggan, yakni perusahaan MNO. Mitratel memperluas portofolio di sektor fiber optic dengan membangun 8.876 km secara organik pada Januari-Maret tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Akuisisi Tower Indosat, MTEL Perkuat Ekosistem Telekomunikasi

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts