Rupiah Jatuh, Ada Apa Dengan Ekonomi RI? BI: Nothing Wrong!


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) memastikan perekonomian domestik dalam kondisi baik, meskipun kini nilai tukar rupiah dalam tren pelemahan yang cukup dalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan dolar yang kini sudah menembus Rp16.200 disebabkan oleh sentimen negatif dari global. Tak cuma Indonesia, hampir seluruh mata uang juga bertekuk lutut di depan dolar AS.

“Jangan buat market panik, bahwa kalo udah panik kan repot. Karena sebenarnya domestik nothing wrong, jadi emang ini global,” ungkapnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/4/2024)

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5%. Inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%, dengan realisasi 0,52% (mtm) pada Maret 2024, sehingga secara tahunan menjadi 3,05% (yoy).

Neraca perdagangan masih berada dalam tren surplus meski mulai melandai. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2024 tetap tinggi sebesar US$ 144,0 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2024 diprakirakan surplus dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB.

“Liquidity dolar ample. Kita punya cadev US$ 140 miliar, artinya oke ini cuma ini nervous,” terangnya.

Sementara situasi global amat berat. Data terbaru menunjukkan, inflasi belum kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%. Hal ini membuat keraguan adanya penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).

Masalah lain yang membuat gejolak di pasar keuangan adalah ketegangan di Timur Tengah. Situasi ini akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor menahan diri atau memilih instrument aset aman atau safe haven.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.215/US$ hari ini (17/4/2024). Posisi ini merupakan yang terparah sejak 6 April 2020. Sementara DXY pada pukul 15:03 WIB ada di angka 106,21.

“Jadi kaget wah DXY tinggi langsung terbang jadi bond yield langsung naik jadi temporary shock. Sambil mereka meraba Indonesia gimana, tapi kita punya data makro oke tinggal kita manage,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Terus Loyo, Fundamental Rupiah Gimana?

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts