Rupiah Kuat Setelah Long Weekend, BI: Efek Bursa AS

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terus menunjukkan penguatan setelah libur panjang di akhir pekan dalam rangka perayaan Imlek. Pada pagi ini, rupiah langsung melesat 0,33%. Apresiasi kemudian bertambah menjadi 0,46% ke Rp 15.000/US$ pada pukul 09:03 WIB, melansir data Refinitiv.

Read More

Kemudian, setelah jeda siang, rupiah menguat ke level Rp 14.925/US$, terapresiasi 145 poin atau 0,96%. Rupiah pun mengakhiri perdagangan di Rp 14.885/US$, melesat 1,23% di pasar spot. 

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menuturkan rupiah menguat akibat sentimen yang tidak jauh berbeda dari minggu lalu.

“Sentimen datang dari global, pasar saham di US mengalami penguatan yang berlanjut ke pasar saham Asia, sehingga mendorong sentimen risk on, DXY mengalami pelemahan,” kata Edi kepada CNBC Indonesia.

Alhasil, sampai detik ini, rupiah mengalami penguatan. Dia berharap rupiah akan terus menguat ke depannya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat pada tahun ini. Seiring mulai masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik.

Perry menegaskan aliran modal asing yang masuk kembali ke pasar keuangan domestik memasuki awal 2023 hingga 17 januari 2023 mencapai US$ 4,6 miliar.

“Nilai tukar rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian Indonesia,” tegas Perry.

BI mencatat apresiasi rupiah pada 18 Januari 2023 mencapai 3,18% secara point to point, dan 1,2% secara rata-rata dibandingkan Desember 2022.

Penguatan rupiah tersebut, kata Perry, relatif lebih baik dibandingkan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lain seperti Filipina dan Malaysia.

“Ke depannya faktor fundamental ini mendasarkan pada perkirakan BI bahwa nilai tukar rupiah ke depan akan terus menguat sejalan dengan prospek ekonomi yang semakin baik dan karenanya akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut,” tegas Perry.

Dari luar negeri, sentimen suku bunga the Fed menjadi sorotan. Beberapa pejabat Federal Reserve memperingatkan bahwa meskipun bank sentral akan memperlambat laju kenaikan suku bunga, namun biaya pinjaman kemungkinan akan tetap tinggi lebih lama.

Namun, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, melihat kenaikan dolar terbatas karena banyak data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS melambat dalam menghadapi inflasi tinggi dan kebijakan moneter ketat.

“Pasar sekarang menilai potensi resesi global tahun ini, terutama jika Fed terus menaikkan suku bunga. Skenario seperti itu, meski negatif untuk dolar, juga cenderung membebani mata uang Asia,” kata Ibrahim, dalam laporannya dikutip Selasa (24/1/2023).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Tertekan! Cek Nilai Tukar Dolar AS di Money Changer

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts