Rupiah Menguat Enam Hari Beruntun, Dolar Jadi Rp 15.655


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi yang terkendali dan data ketenagakerjaan AS yang membaik.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,67% ke level Rp15.655/US$, sedangkan secara mingguan, rupiah terapresiasi 1,01%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.52 WIB melemah di angka 103 atau turun 0,04%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (1/2/2024) yang berada di angka 103,05.



Adapun penguatan rupiah terjadi dipicu faktor domestik maupun luar negeri. Dari faktor domestik, tercatat inflasi Indonesia lebih rendah dibandingkan periode Desember 2023, tepatnya sebesar 2,57% year on year/yoy pada periode Januari 2024 dan 0,04% (month to month).

Angka ini cenderung mirip dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi.

Sebagai informasi, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Januari 2024 akan mencapai 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,53% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,73%.

Inflasi yang melandai dan cenderung sama dengan konsensus ini memberikan angin segar bagi pasar karena sesuai ekspektasi dan menandakan bahwa kenaikan harga barang pada Januari 2024 ini cenderung sesuai dengan target Bank Indonesia (BI) yakni 1,5-3,5% di 2024.

Sedangkan dari faktor eksternal tercatat data ketenagakerjaan AS tampak mendingin.

AS telah merilis data jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran yang meningkat selama dua minggu berturut-turut menjadi 224 ribu pada pekan yang berakhir tanggal 27 Januari, angka tertinggi sejak pertengahan November, dibandingkan dengan revisi naik sebesar 215 ribu pada minggu sebelumnya dan perkiraan sebesar 212.000.

Sementara itu, klaim lanjutan yang dilihat sebagai proksi jumlah orang yang menerima tunjangan pengangguran, naik menjadi 1,89 juta pada pekan yang berakhir pada tanggal 20 Januari, tertinggi dalam sembilan minggu, dari revisi turun sebesar 1,83 juta pada minggu sebelumnya dan di atas perkiraan sebesar 1,84 juta.

Hal ini memberikan optimisme pasar bahwa data ketenagakerjaan AS tidak begitu kuat dan jumlah pengangguran AS berpotensi mengalami kenaikan menjadi 3,8% dari yang sebelumnya 3,7%.

Ketika data ketenagakerjaan AS tidak begitu panas, maka hal ini akan menjadi sentimen positif bagi inflasi AS karena berpotensi melandai untuk ke depannya dan pemangkasan suku bunga dapat berlangsung sesuai rencana/target.

Kendati demikian, pasar masih menunggu rilis data non-farm payroll untuk Januari 2024. Jika data aktual tercatat lebih tinggi dibandingkan ekspektasi, maka hal ini berpotensi memperkuat DXY atau dengan kata lain menekan mata uang Garuda.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts