Rupiah Menguat Tajam, Orang RI Belum Minat Beli Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia – Tren penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belum berdampak pada antusiasme masyarakat untuk membeli mata uang negara Paman Sam tersebut. Dua money changer atau jasa penukaran uang asing di kawasan Jakarta Selatan nampak sepi ketika CNBC Indonesia menyambangi kedua lokasi itu pada Selasa pagi (21/11/2023).

Read More

Salah satu yang disambangi oleh CNBC Indonesia adalah Dewata Inter Money Changer di Jalan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jasa penukaran uang yang berada di Lantai 2, Gedung Ayam Bulungan itu nampak sepi ketika dikunjungi sekitar pukul 10.30 WIB. Selama hampir 20 menit berada di sana, hanya ada satu orang pelanggan yang menukarkan uangnya.

Staf penjualan Dewata Inter, Alinda mengakui belakangan ini transaksi cenderung turun seiring dengan penguatan rupiah terhadap dolar. “Cenderung turun, setiap harinya pasti ada turunnya walau sedikit-sedikit,” kata Alinda ditemui di tempat kerjanya.

Alinda berkata kondisi tersebut berbanding terbalik ketika dolar hampir menyentuh Rp 16 ribu pada Oktober lalu. Dia mengatakan transaksi jual atau beli justru naik signifikan ketika harga dolar sedang kuat-kuatnya pada saat itu.

Setelah tren penguatan dolar itu berhenti, transaksi justru menurun. “Berapa persen? Ya 50% ada,” kata dia.

Di money changer DolarAsia yang berlokasi di Jalan Melawai Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan kondisinya relatif lebih ramai. Saat CNBC Indonesia menyambangi ruko tersebut selama 60 menit, ada sekitar 5 pelanggan yang bertransaksi mata uang asing.

Staf DolarAsia Hardi mengatakan jumlah pengunjung itu belum seberapa dibandingkan pada saat dolar hampir menyentuh Rp 16 ribu. Dia mengatakan saat itu melayani hampir 50 pelanggan setiap harinya dengan transaksi beragam mulai dari ratusan dolar hingga US$ 20 ribu. “Nah saat itu baru banyak yang jual,” kata Hardi.

Salah satu pelanggan bernama May mengaku hendak menukarkan rupiah ke mata uang dong Vietnam. Perempuan yang berprofesi sebagai dosen itu, mengaku memerlukan dong karena akan berkunjung ke Vietnam untuk jalan-jalan.

Untuk dolar sendiri, dia bercerita sempat membeli dolar pada Maret 2023. Saat itu, harga dolar mendekati Rp 15.000 dan turun ke level Rp 14.900-an di awal April 2023. May mengaku belum tergiur untuk kembali membeli dolar untuk harga yang sekarang. “Dulu saya waktu Maret pernah beli, sekarang masih banyak dolar saya,” kata dia bercanda.

Ayu, pegawai swasta yang kerap menyisihkan uangnya untuk berinvestasi dolar mengaku juga belum kepincut untuk kembali mengoleksi mata uang AS itu. Dia mengatakan akan menunggu hingga harganya di bawah Rp 15 ribu. “Semisal Rp 15 ribu, pas kali ya beli,” kata dia.

Sebagaimana diketahui, Rupiah dibuka kembali menguat pada perdagangan hari ini. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ada di posisi Rp15.410/US$ atau terapresiasi 0,19% pada pukul 09:14 WIB. Penguatan ini memperpanjang tren positif rupiah yang juga menguat pada perdagangan Senin (20/11/2023) di mana mata uang Garuda menguat 0,32% dan merupakan posisi terkuat sejak 25 September 2023. Penguatan ini juga melanjutkan kenaikan di hari sebelumnya yang juga terapresiasi sebesar 0,32%

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Mengukur Ketahanan Rupiah Terhadap Dolar AS

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts