Rupiah Tak Mampu Menguat Melawan Dolar AS, Ini Penybabnya

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menutup pekan ini dengan melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Indeks dolar AS yang melesat hingga 0,6% kemarin meski inflasi melandai, memberikan tekanan bagi rupiah pagi ini.

Read More

Pada pembukaan perdagangan Jumat (12/5/2023), rupiah langsung melemah 0,2% ke Rp 14.750/US$, melansir data Refinitiv. Setelahnya, rupiah bergerak di kisaran RP 14.730/US$ – Rp 14.764/US$ sepanjang perdagangan.

Pada penutupan, rupiah melemah 0,17% ke Rp 14.745/US$ di pasar spot. 

Indeks harga produsen dilaporkan tumbuh 0,2% pada April dari bulan sebelumnya. Rilis tersebut lebih rendah dari ekspektasi Dow Jones sebesar 0,3%.

Secara tahunan atau year-on-year (yoy), indeks harga produsen tumbuh 4,9%, juga lebih rendah dari ekspektasi.

Selain itu klaim tunjangan pengangguran bertambah sebanyak 246.000 orang dalam sepekan yang berakhir 6 Mei, bertambah 22.000 orang dari pekan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2021.

Sehari sebelumnya, indeks harga konsumen AS pada April dilaporkan tumbuh 4,9% (yoy) lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5%. Inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 5,5%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 5,6% tetapi sesuai ekspektasi.

Ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada bulan depan juga cukup rendah, tetapi dolar masih tetap ngegas. Sebabnya, peluang pemangkasan suku bunga di akhir tahun juga mengecil. Artinya, The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama.

“Saya pikir pasar mulai memikirkan kembali outlook pemangkasan suku bunga The Fed setelah rilis data inflasi, meski menurun, tetapi masih di level tinggi. Dolar AS mampu menguat jika pasar melihat peluang suku bunga dipangkas semakin kecil,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior Convera di Washington, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (11/5/2023).

Analis pasar senior Oanda, Ed Moya mengatakan ke depannya inflasi masih akan terus menurun, tetapi untuk mencapai 2% akan cukup sulit.

“Inflasi seharusnya terus menurun dalam beberapa bulan ke depan, tetapi untuk mencapai 2% lagi akan cukup sulit melihat pasar tenaga kerja yang kuat,” kata Moya sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (11/5/2023). 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Menguat Lebih Dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.985/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts